Selasa, 26 Agustus 2025

Harga beras naik, Guru Besar IPB ingatkan pemerintah tidak mudah ciptakan kebijakan impor berlebihan

Kenaikan harga beras membuat sejumlah warung makan berencana mengurangi porsi nasi untuk pelanggan, meskipun di tengah situasi ini…

BBC Indonesia
Harga beras naik, Guru Besar IPB ingatkan pemerintah tidak mudah ciptakan kebijakan impor berlebihan 

Harga beras saat ini, menurut Prof Andreas perlu terus dipertahankan agar petani bergairah untuk menanam padi.

“Itu harus kita syukuri. Karena petani saat ini, petani yang menanam padi baru menikmati keuntungan, setelah bertahun-tahun rugi terus," katanya.

Dalam beberapa terakhir, kata Prof Andreas, petani padi mengalami kerugian terus menerus. Hal ini ditemukan dari survei lembaganya di 47 sentra padi.

Survei ini menemukan dalam setiap 2.000 meter persegi tanaman padi, petani bisa menelan kerugian antara Rp250.000 – Rp1 juta dalam setiap musim tanam. Persoalannya, harga gabah di tingkat petani tak sebanding biaya produksinya.

“Itu terbaca juga di NTP [Nilai Tukar Petani] 2021 - 2022 hanya 98,5. NTP tanaman pangan. Berarti tanam padi rugi. Itu dua tahun berturut-turut rugi, ya malas [tanam padi] sedulur petani kita,” katanya.

Berdasarkan laporan BPS, produksi padi cenderung stagnan bahkan menurun sejak 2018 yaitu 33,9 juta ton menjadi 31,5 juta ton pada 2022.

Keengganan petani menanam padi karena harganya tidak bersahabat, membuat momentum La Nina (musim hujan lebih panjang dari musim kemarau) terlewatkan untuk mendongkrak produksi padi nasional.

“Pemerintah kalau saat ini betul-betul concern [peduli dengan] sedulur tani, concern ke peningkatan padi nasional, ya pertahankan harga yang sekarang ini baik-baik.

"Saya pastikan, harga yang sekarang ini bisa dipertahankan tahun depan produksi padi kita pasti meningkat,” katanya.

Pemerintah buka peluang tambah impor beras

Berdasarkan laporan BPS, periode Januari-Agustus 2023 ini, pemerintah sudah mengimpor beras sebesar 1,5 juta ton. Beras impor ini paling banyak berasal dari Thailand diikuti Vietnam, Pakistan, India, dan lainnya.

Dalam keterangan terbaru, pemerintah kembali membuka peluang untuk mengimpor beras dari China sebesar satu juta ton.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan langkah ini diambil untuk mengantisipasi dampak El Nino yang menyebabkan penurunan produksi, dan kemunduran panen raya.

Pria yang disapa Buwas itu mengatakan, China sudah berkomitmen untuk menyiapkan satu jut aton beras untuk Indonesia jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

"Tidak langsung diambil, kita lihat dulu kebutuhannya, tapi China sudah menyiapkan kalau kita ada emergency," kata Buwas sebagaimana dikutip dari Kompas.

Pemerintah juga mengguyur beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) selama tiga bulan kepada 21,3 juta rumah tangga untuk mengintervensi kenaikan harga beras.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, Indonesia mungkin akan impor 1,5 juta ton beras sampai akhir tahun ini. Hal ini untuk memenuhi cadangan beras bulog.

Menurut Prof Andreas, penurunan produksi beras tahun akibat peralihan ke El Nino tahun ini hanya berada di kisaran 5% atau setara 1,5 juta ton. Ia mengkritik kebijakan pemerintah yang berencana mengimpor beras hingga 2,9 juta ton hingga akhir tahun ini, apa yang ia sebut "berlebihan".

“Kalau mau menekan harga, bebaskan saja impor [beras]. Harga pasti turun. Kalau pemerintah dalam kebijakannya berpihak ke konsumen, dan pasti produsen [petani] mati,” katanya dengan satir.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan