Konflik Palestina Vs Israel
Serangan Udara Kedua Israel Hantam Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza, IDF: Komandan Hamas Ikut Tewas
Israel kembali menyerang kamp pengungsi Jabalia untuk kedua kalinya. Pada Kamis (2/11/2023) serangan menewaskan lebih banyak korban sipil
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Serangan Udara Kedua Israel Hantam Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza, IDF: Komandan Hamas Ikut Tewas
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan kembali melancarkan serangan udara ke kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza, Kamis (2/2/2023).
Pengeboman ini menjadi serangan udara kedua dalam dua hari berturut-turut yang menargetkan lokasi berisi warga sipil tersebut.
Meski begitu, IDF mengklaim serangan ini sukses membunuh tokoh lain Hamas.
Baca juga: Israel Ngamuk Tak Terkendali Sampai AS Pun Ngeri Sendiri: Mau Pakai Nuklir, Memang Incar Genosida
IDF mengatakan, sebuah jet tempur mengebom kompleks Hamas di kamp pengungsi Jabalia “berdasarkan informasi intelijen yang akurat.
”Serangan menewaskan kepala komandan unit rudal anti-tank kelompok militan Palestina, Muhammad A’sar," tulis keterangan IDF, Kamis.
Bombardemen ke kamp pengungsi Jabalia sebelumnya juga dilakukan Israel beberapa jam sebelumnya, Rabu (1/11/2023).
Pada serangan pertama, IDF mengklaim menewaskan Ibrahim Biari, yang mereka tuding sebagai tokoh kunci dalam mengorganisir serangan tanggal 7 Oktober terhadap negara Yahudi tersebut.
Serangan pertama ini menimbulkan ratusan korban sipil tewas.
IDF berdalih, Hamas menggunakan tameng warga sipil sebagai lokasi infrastruktur operasinya.
“Hamas sengaja membangun infrastruktur terornya di bawah, di sekitar, dan di dalam bangunan sipil, dengan sengaja membahayakan warga sipil Gaza,” kata Israel dalam sebuah pernyataan.
Pihak berwenang Gaza belum menyebutkan jumlah korban akibat serangan terbaru tersebut.
Namun Dr. Atef Al Kahlout, direktur rumah sakit Indonesia di Gaza, mengatakan kepada CNN bahwa sedikitnya 80 orang telah meninggal.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan, pada pemboman pertama Israel di Kamp Jabalia menewaskan sekitar 50 orang dan melukai 150 lainnya.
Adapun Hamas membantah ada pemimpinnya yang berada di lokasi kamp Jabalia.
Baca juga: Video Tentara Israel Perlahan Maju ke Dalam Gaza, Mau Belah Wilayah Jadi 2, Kamp Pengungsi Dihajar

Pembantaian Warga Sipil, PBB: Israel Lakukan Kejahatan Perang!
Seorang saksi mengatakan kepada Reuters kalau serangan udara pada Rabu adalah “pembantaian.”
Petugas penyelamat mencari korban yang selamat di reruntuhan kamp pengungsi terbesar di Gaza setelah ledakan tersebut, yang meninggalkan lubang yang dalam dan menghancurkan bangunan di lingkungan kamp pengungsi Falluja, kata CNN.
"Serangan udara yang menargetkan kamp pengungsi Jabalia “dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” tulis Komisi Hak Asasi Manusia PBB di platform media sosial Twitter pada hari Rabu.
“Mengingat tingginya jumlah korban sipil dan skala kehancuran setelah serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia, kami memiliki kekhawatiran serius bahwa ini adalah serangan yang tidak proporsional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” tulis kantor komisi PBB tersebut.
Pengeboman Israel terhadap Gaza, wilayah pesisir Palestina yang terkepung dan diblokade dari dunia luar, merupakan pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober.
Bombardemen Israel di Gaza tersebut sejauh ini telah merenggut nyawa sedikitnya 9.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan setempat.
"Sekitar 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua," kata kementerian kesehatan Palestina, Senin.

Ramai-Ramai Putus Hubungan Diplomatik
Serangan yang berkelanjutan dan meluas terhadap Gaza oleh Israel, khususnya terhadap kamp Jabalia, telah memicu kecaman dari beberapa negara dan tokoh kemanusiaan.
Yordania pada Rabu menarik duta besarnya untuk Israel, menyusul tindakan serupa yang dilakukan Chile dan Kolombia.
Bolivia telah memutuskan hubungan diplomatik dengan negara tersebut, dan mengklaim bahwa Israel telah terlibat dalam “kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Martin Griffiths pada hari Rabu menyerukan kedua belah pihak untuk menghormati hukum kemanusiaan internasional setelah kunjungan dua hari ke Israel dan wilayah Palestina.
Direktur kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR), Craig Mokhiber, mengeluarkan pengunduran dirinya pada hari Selasa atas apa yang dia katakan sebagai “kegagalan” organisasi tersebut untuk mencegah “kasus genosida” di Gaza.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.