Jumat, 26 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Mulai Banjiri Terowongan di Gaza, Biden: Mereka Bilang Tak Ada Sandera, tapi Saya Tidak Yakin

Presiden AS Joe Biden mulai ragu dengan keputusan Israel. Ia tidak yakin apakah sudah tidak ada lagi sandera di terowongan yang akan dibanjiri IDF.

© AFP / Ahikam Seri
Seorang tentara IDF memasuki lubang yang mereka klaim sebagai terowongan Hamas di kompleks rumah sakit Al-Shifa. Presiden AS Joe Biden mulai ragu dengan keputusan Israel. Ia tidak yakin apakah sudah tidak ada lagi sandera di terowongan yang akan dibanjiri Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden tampaknya ragu mengenai keputusan Israel untuk membanjiri sistem terowongan Hamas di Gaza untuk melumpuhkan kelompok tersebut.

Laporan dari berbagai media Barat muncul pada hari Selasa (12/12/2023), menyatakan bahwa pemerintah Israel mulai memompa air laut ke sistem terowongan tersebut.

Mengutip Washington Examiner, Joe Biden mengeluarkan pendapatnya mengenai rencana itu setelah pertemuan bilateral dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Biden tampak ragu untuk mendukung penuh langkah Israel tersebut.

"Ada pernyataan yang dibuat bahwa mereka yakin tidak ada sandera di terowongan itu, tapi saya tidak tahu pasti," ujar Biden.

"Saya tahu bahwa setiap kematian warga sipil adalah sebuah tragedi, dan Israel telah menyatakan niatnya, seperti yang saya katakan, untuk mencocokkan kata-katanya, niatnya dengan tindakan. Itulah yang saya bicarakan hari ini."

Baca juga: Israel Mulai Memompa Air Laut ke Terowongan di Gaza, Tak Peduli Masih Ada 135 Warga Israel Ditawan

WSJ: Banjir Terowongan Telah Dimulai

The Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (12/12/2023) sore bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memulai proses membanjiri jaringan terowongan Hamas di bawah Jalur Gaza dengan air laut.

Tindakan membanjiri terowongan dengan air dari Mediterania, yang masih dalam tahap awal, hanyalah salah satu dari beberapa teknik yang digunakan Israel untuk mencoba "membersihkan" terowongan dan menghancurkannya.

Juru bicara menteri pertahanan Israel menolak berkomentar, dan mengatakan operasi terowongan itu bersifat rahasia.

Para pejabat Israel mengatakan bahwa sistem bawah tanah Hamas yang luas telah menjadi kunci operasi mereka di medan perang.

Sistem terowongan tersebut, kata para pejabat tersebut, digunakan oleh Hamas untuk menggerakkan anggotanya melintasi medan perang dan menyimpan roket dan amunisi mereka.

Terowongan itu juga memungkinkan para pemimpin kelompok tersebut untuk memimpin dan mengendalikan pasukan mereka, menurut Israel.

“Beberapa pejabat pemerintahan Biden khawatir bahwa penggunaan air laut mungkin tidak efektif dan dapat membahayakan pasokan air tawar Gaza,” tambah WSJ.

Organisasi kemanusiaan internasional juga menyuarakan skeptisisme serupa.

Mereka mencatat bahwa operasi banjir dapat membahayakan para sandera yang masih berada dalam tahanan Hamas dan kemungkinan besar ditahan di bawah tanah.

Sebuah tangga ditempatkan di terowongan yang menurut Israel dibangun oleh Hamas, Kota Gaza, 23 November 2023.
Sebuah tangga ditempatkan di terowongan yang menurut Israel dibangun oleh Hamas, Kota Gaza, 23 November 2023. (AHIKAM SERI / AFP)

Baca juga: IDF Rilis 11 Foto Pemimpin Senior Hamas Kumpul di Terowongan, 5 di Antaranya telah Terbunuh

Rusia, yang mendukung Hamas, memperingatkan Israel bahwa operasi IDF itu “merupakan kejahatan perang yang mencolok.”

Hamas sendiri khawatir bahwa IDF akan melepaskan bahan kimia berbahaya, yang akan meresap ke dalam tanah menjadikan Jalur Gaza tidak dapat bertahan lagi.

Para pejabat Israel memperkirakan militernya telah membunuh sedikitnya 7.000 anggota Hamas sejak dimulainya perang pada 7 Oktober.

Lebih dari 18.400 warga Palestina tewas di Gaza, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Karena tekanan dari AS dan PBB, Israel pada hari Selasa mulai memfasilitasi pergerakan truk bantuan ke Gaza dari penyeberangan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza.

PBB telah memperingatkan bahwa bantuan yang disalurkan melalui perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza tidak memenuhi kebutuhan untuk menghadapi situasi kemanusiaan yang semakin buruk di wilayah kantong tersebut,

PBB menyerukan agar konvoi komersial diizinkan masuk melalui Kerem Shalom serta bantuannya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan