Sabtu, 20 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Mengalami Kekalahan Terburuk di Gaza: 15 Tentara Tewas Termasuk Kolonel dan Letkol

Sebanyak 10 tentaranya tewas dalam 24 jam terakhir, termasuk kolonel yang memimpin pangkalan depan dan letnan kolonel yang memimpin resimen.

Editor: Erik S
MARCO LONGARI / AFP
Tentara Israel memeriksa dokumen warga Palestina yang mendekati pintu masuk kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki pada 13 Desember 2023, saat pertempuran berlanjut antara Israel dan gerakan militan Hamas di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM, GAZA- Israel mengumumkan kekalahan tempur terburuknya di Gaza selama lebih dari sebulan, Rabu (13/12/2023) .

Sebanyak 10 tentaranya tewas dalam 24 jam terakhir, termasuk kolonel yang memimpin pangkalan depan dan letnan kolonel yang memimpin resimen.

Dikutip dari Reuters, ini adalah kekalahan terbesar dalam sehari sejak 15 tentara Israel tewas pada 31 Oktober 2023.

Baca juga: Perlawanan Keras Militan Hamas, 9 Tentara Israel Tewas dalam Penyergapan di Kota Gaza

Pertempuran sengit antara Hamas dan tentara Israel sedang berlangsung di Gaza utara dan selatan.

Sehari sebelumnya, PBB menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, pengeboman tanpa pandang bulu Israel terhadap warga sipil menghilangkan dukungan internasional.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, militer akan terus berjuang meskipun dunia terus menekan untuk gencatan senjata.

“Kami terus melanjutkannya sampai akhir, sampai kemenangan, sampai Hamas dimusnahkan,” katanya kepada tentara di Gaza melalui radio.

"Saya menyampaikan ini di tengah penderitaan yang luar biasa, tetapi juga di tengah tekanan internasional. Tidak ada yang bisa menghentikan kami."

Dalam kekalahan terburuk ini, mayoritas tentara Israel tewas di distrik Shejaia, Gaza utara.

Pasukan disergap saat hendak menyelamatkan sekelompok tentara lain yang menyerang Hamas di salah satu gedung.

Hamas berujar, kejadian tersebut menunjukkan pasukan Israel tidak akan pernah bisa menaklukkan Gaza.

"Semakin lama kalian di sana, semakin besar pula kerugian dan kematian kalian, dan kalian akan keluar dari sana dengan membawa kekecewaan dan kerugian," kata Hamas.

Baca juga: Meski Didera Perang, Warga Palestina Makin Dukung Hamas, AS dan Israel Tambah Pusing?

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa rencana masa depan di Gaza tanpa Hamas adalah khayalan.

Jika Hamas kalah

Israel kemungkinan besar harus mengambil alih tanggung jawab memerintah Gaza, setidaknya dalam jangka pendek, jika Hamas berhasil dihancurkan.

Menurut seorang pensiunan jenderal Amerika Serikat (AS) David Petraeus, siapapun yang akan memimpin kota yang dilanda perang ini akan memiliki dua tugas.

"Pertama, memenangkan hati dan pikiran warga melalui tindakan nyata, dan memastikan Hamas tidak dapat bangkit kembali," ujarnya, seperti dilansir dari CNA.

Baca juga: IDF Kerahkan Batalyon Caracal Berisi Wanita Tentara Buat Misi Rahasia: Diklaim Lenyapkan 100 Hamas

Ia berbicara dalam acara SR Nathan Distinguished Lecture 2023 pada Rabu (13/12/2023).

Forum ini dimoderatori oleh Bilahari Kausikan, ketua Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura.

Petraeus, yang menghabiskan sebagian besar karir militernya di Timur Tengah melalui peran sebagai komandan Komando Pusat AS, mengamati bahwa tidak ada negara Arab atau organisasi internasional yang mengindikasikan kesediaan untuk mengelola Gaza.

"Saya juga tidak melihat adanya kesediaan dari pihak AS untuk memerintah Gaza. Jadi, satu gagasan besar tentang siapa yang akan mengelola Gaza, setidaknya pada masa transisi, (mulai) terlihat semakin jelas bagi saya bahwa itu haruslah Israel sebagai mode default," katanya.

"Idealnya ... dan tujuannya pada akhirnya adalah memiliki entitas Palestina yang kompeten, mampu, dan dapat dipercaya yang dapat mengawasi orang-orang Palestina di Gaza, tetapi kita tidak melihat salah satu dari mereka, bahkan di Tepi Barat," tambahnya.

Otoritas Palestina telah mengawasi beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel sejak pertengahan 1990-an.

Presiden AS Joe Biden mengatakan bulan lalu bahwa Otoritas Palestina yang "direvitalisasi" pada akhirnya harus memerintah Jalur Gaza dan Tepi Barat setelah perang Israel-Hamas.

Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa otoritas Palestina dalam bentuknya sekarang tidak mampu menerima tanggung jawab atas Gaza.

Baca juga: Update Perang Israel-Hamas Hari ke-68, Gaza Diguyur Hujan Lebat, Was-was Muncul Penyakit Menular

Netanyahu sebelumnya mengatakan bahwa Israel harus mempertahankan tanggung jawab militer secara keseluruhan di Gaza di masa yang akan datang.

Petraeus, yang juga mantan direktur Badan Intelijen Pusat, mengatakan bahwa administrator masa depan Gaza harus memastikan bahwa Hamas tidak dapat bangkit kembali.

"(Pembentukan kembali) Hamas mungkin akan menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Israel setelah menghancurkan Hamas, yang saya yakin dapat dilakukan, meskipun sangat, sangat menantang," ujar Petraeus, seraya menegaskan bahwa Iran akan berusaha membantu Hamas dengan cara apa pun. (Reuters/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan