Penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka Bandung, isu keselamatan dan proyek jalur ganda jadi sorotan
Sedikitnya empat orang meninggal dunia akibat tabrakan dua kereta di sebuah jalur yang semestinya hanya boleh dilalui satu kereta.…
"Intinya untuk jalur Cicalengka-Haurpugur, dalam satu petak jalan hanya boleh ada satu kereta api," ucapnya.
Pengaturan lalu lintas di jalur ini dikoordinasikan oleh seorang pemimpin perjalanan kereta api (PPKA).
Namun hingga saat ini, PT KAI menyatakan belum bisa menyimpulkan penyebab tabrakan antara KA Turangga dan kereta Commuter Line Bandung Raya.
Kesimpulan soal insiden ini harus menunggu investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNTK), kata Ayep Hanapi.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan bahwa sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunaan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya.
Maka dari itu, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini, tutur Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima BBC News Indonesia, Minggu (07/01).
Di jalur rel tunggal, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan bahwa petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Sebab, jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda.
Oleh sebab itu, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas.
'Ada yang terlempar ke bawah, ada yang tengkurap'
Dalam video yang beredar di media sosial, tabrakan itu menyebabkan beberapa gerbong keluar dari rel dan ada pula yang terangkat.
Seorang saksi mata di salah-satu kereta api, Herry Aliyudin, menceritakan pengalamannya dalam peristiwa nahas itu kepada wartawan di Bandung, Yuli Saputra, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Pagi itu, Harry yang duduk di gerbong nomor 3 bersiap untuk turun kereta karena tak lama lagi KA Turangga yang ditumpanginya akan segera sampai tempat tujuan akhir, yakni Stasiun Bandung.
Sesaat setelah pramugara mengambil selimutnya, tiba-tiba dia merasakan keretanya mengerem secara mendadak. Tak lama kemudian, terasa suatu benturan. Tangannya refleks memegang kursi di depannya.
"Saya lihat di sekeliling saya itu sudah banyak yang terlempar, masih di dalam gerbong tiga. Jadi ada yang terlempar ke bawah, ada yang tengkurap," ujar Herry, Jumat (05/01).
"Bahkan ada anak kecil yang memang dia tengkurap, dia sudah keluar dari kursinya. Kemudian semua barang bawaan yang di atas itu hampir semua jatuh ke bawah. Termasuk koper yang saya bawa sudah enggak tahu di mana," terangnya kemudian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.