Kim Jong Un hancurkan patung reunifikasi, mungkinkah Korut berperang dengan Korsel?
Dua pakar Korea terkemuka melontarkan pernyataan mengejutkan yang menyatakan keyakinan mereka bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong…
Bersatu kembali dengan Korea Selatan selalu menjadi bagian penting – meski semakin tidak realistis – dari ideologi Korea Utara sejak awal berdirinya negara tersebut.
"Ini adalah isu besar. Ini secara mendasar mengubah salah satu ajaran inti ideologi rezim," kata Peter Ward, peneliti senior di Universitas Kookmin di Seoul.
Kim Jong Un dinilai akan menghancurkan warisan tersebut – secara harfiah.
Seiring dengan penutupan saluran diplomasi dan siaran radio lintas batas, ia juga mengumumkan akan menghancurkan Reunification Arch, sebuah monumen sembilan lantai di pinggiran Pyongyang.
Monumen berbentuk lengkungan tersebut - yang memperlihatkan dua perempuan dalam pakaian tradisional Korea saling berpegangan tangan - dibangun pada tahun 2001 untuk menandai upaya kakek dan ayah Kim Jong Un menuju reunifikasi dengan Korsel.
Gambar satelit yang dirilis oleh Planet Labs pada hari Selasa (23/11) menunjukkan patung tersebut tampaknya telah hancur, meskipun belum ada konfirmasi resmi mengenai hal ini.
Kim Il Sung adalah pemimpin Korut ketika negara itu berperang pada 1950, namun dia juga orang yang mengemukakan gagasan bahwa suatu saat nanti masyarakat Korut akan bersatu kembali dengan saudara-saudara mereka di selatan.
Akan tetapi, cucunya kini memilih untuk mendefinisikan warga Korea Utara sebagai orang yang berbeda dengan warga Korea Selatan – mungkin untuk membenarkan bahwa warga Korea Selatan sebagai target militer.
Apakah serangan-serangan akan terjadi?
Carlin dan Dr Hecker, para pakar yang memperkirakan perang, telah menafsirkan hal-hal yang terjadi belakangan sebagai tanda-tanda bahwa Kim Jong Un telah memutuskan untuk benar-benar melakukan perlawanan.
Namun sebagian besar analis tidak setuju.
Seong-Hyon Lee, dari George HW Bush Foundation untuk hubungan AS-Tiongkok, menyatakan bahwa Korea Utara akan membuka negaranya untuk asing bulan depan, dan negara tersebut juga telah menjual amunisinya ke Rusia untuk perang – sesuatu yang mungkin tidak mereka lakukan jika negara itu sedang mempersiapkan medan perang.
Namun, yang dikhawatirkan adalah jika Korea Utara melancarkan serangan, maka pasukan AS dan Korea Selatan akan jauh lebih maju.
“Perang secara umum bisa membunuh banyak orang di Korea Selatan, tapi ini akan menjadi akhir bagi Kim Jong Un dan rezimnya,” kata Ward dari Kookmin University.
Sebaliknya, ia dan sejumlah pakar lain memperingatkan bahwa kondisi sedang berkembang untuk tindakan yang lebih kecil.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.