Rabu, 20 Agustus 2025

Mengapa generasi muda China enggan merayakan Imlek?

Hampir 380 juta warga China yang tinggal jauh dari kampung halaman hanya pulang ke rumah satu kali setiap tahunnya – dan Tahun Baru…

BBC Indonesia
Mengapa generasi muda China enggan merayakan Imlek? 

Ekspor, yang merupakan penggerak utama ekonomi China, melemah karena memburuknya hubungan China dengan negara-negara Barat. Hingga kini, Presiden AS Joe Biden belum menghapus tarif perdagangan atas barang-barang ekspor dari China yang diterapkan pada masa pemerintahan Donlad Trump.

Qingfeng meninggalkan pekerjaannya dua bulan kemudian dan kini dipekerjakan oleh gym baru yang akan dibuka setelah liburan. Namun dia tidak ingin bertemu keluarganya karena dia telah kehilangan hampir seluruh tabungannya tahun lalu. Dia belum mau membeberkan apa yang terjadi padanya.

“Bisa dibilang saya gagal di pasar saham.”

Pada awal Februari, saham Tiongkok jatuh ke level terendah dalam lima tahun. Akun Weibo milik Kedutaan Besar AS telah menjadi "tembok ratapan" bagi para investor China, bahkan ada yang meminta bantuan dari Amerika. Beberapa mengkritik kepemimpinan saat ini.

Qingfeng tidak yakin apakah dia akan mampu membangun basis pelanggan baru di tengah krisis ekonomi yang terjadi saat ini di China.

“Banyak pusat kebugaran besar tutup belakangan ini karena utang mereka yang tinggi.”

Perekonomian yang lesu bukanlah satu-satunya alasan keengganan warga China pulang ke rumah untuk merayakan Imlek bersama keluarga.

Sejumlah perempuan lajang mengaku tak mau ditekan untuk segera menikah oleh keluarga mereka ketika pertemuan keluarga – dan Xiaoba adalah salah satunya.

Terlepas dari tahun-tahun pandemi, ini menjadi tahun pertamanya tidak pulang ke rumah selama perayaan Imlek.

"Saya telah bekerja di seluruh negeri. Tiap kali saya pergi ke sebuah kota, ibu saya tiba-tiba menemukan seorang pria dan menyuruh saya untuk kencan buta. Itu keterlaluan," kata manajer proyek berusia 35 tahun itu.

Populasi Tiongkok menyusut selama dua tahun berturut-turut. Rendahnya angka kelahiran berarti Tiongkok akan kehilangan pekerja muda, yang merupakan kekuatan utama dalam mendorong perekonomian negara tersebut.

Kaum muda semakin enggan untuk menikah dan memiliki anak, dan jumlah pernikahan tercatat menurun selama sembilan tahun berturut-turut, menurut data resmi.

Pada Oktober silam, Xi mengatakan perempuan memainkan “peran unik” dalam mempromosikan nilai-nilai tradisional dan ada kebutuhan untuk menumbuhkan “budaya pernikahan dan melahirkan anak baru” untuk mengatasi masalah populasi.

Namun upaya pemerintah untuk mendorong angka pernikahan dan kelahiran sejauh ini belum efektif.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan