Banjir Demak: Apa penyebabnya dan sampai kapan hujan ekstrem melanda?
Banjir yang melanda Kabupaten Demak dan wilayah sekitarnya di Jawa Tengah hingga Selasa (19/03) menunjukkan bahwa infrastruktur pengendali…
“Masih mudah kena air, jebol lagi, jebol lagi. Kalau yang seperti ini berlanjut terus, Demak tidak akan pernah bisa kering karena air yang mengalir dari atas melalui Sungai Lusi dan Sungai Wulan itu sudah luar biasa volumenya,” kata Agus.
BBC News Indonesia telah menghubungi Juru bicara Kementerian PUPR Endra Atmawijaya, namun belum ada tanggapan sampai berita ini ditulis.
Sejauh ini, Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengatakan penutupan tanggul jebol tengah diupayakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Tanggul-tanggul itu ditargetkan akan selesai diperbaiki pada akhir pekan ini.
Sementara itu, BMKG dan BNPB juga akan memperpanjang operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi dampak banjir di wilayah Jawa Tengah, khususnya Demak dan Kudus.
“Operasi TMC ini semula berakhir tanggal 20 Maret 2024, tetapi melihat genangan banjir di Kabupaten Demak dan Kudus ini, maka akan diperpanjang,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dikutip dari Kantor Berita Antara.
Apa penyebabnya dan mengapa terasa ‘lebih parah’?
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menuturkan cuaca ekstrem kali ini dipicu oleh fenomena atmosfer yakni Madden Julian Oscillation (MJO) yang juga dipengaruhi oleh tiga bibit siklon tropis.
Menurutnya, dampak banjir di Demak terasa “lebih parah” dibandingkan pada Februari lalu karena saat cuaca ekstrem terjadi, kondisi air laut juga sedang pasang maksimum mencapai 165 cm.
“Ketika hujan ada peningkatan, dari laut juga naik sehingga air limpasan tidak bisa mengalir ke laut,” kata dia.
Belum lagi faktor drainase di sekitarnya yang tidak memadai untuk menyerap limpasan air sehingga banjir terasa lebih parah.
Pendapat berbeda soal pemicu cuaca ekstrem disampaikan oleh peneliti klimatologi BRIN Erma Yulihastin.
Menurut Erma, cuaca ekstrem selama sekitar 10 hari belakangan di Jawa Tengah “tidak lain dan tidak bukan dipicu oleh squall line” di area yang dia sebut sebagai Tanjung Jepara.
Squall line atau yang dia sebut sebagai “jalan tol hujan” merupakan sistem badai yang terbentuk dari pertumbuhan awan secara horizontal.
Tanjung Jepara yang dia maksud adalah wilayah di utara Jawa Tengah dari Demak hingga Jepara yang lebih menjorok ke laut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.