Sabtu, 20 September 2025

'Anak-anak saya panik, kenapa gunung kita keluarkan api?' - Warga ketakutan ketika Gunung Ruang kembali erupsi

”Semalam anak-anak saya panik. Mereka bertanya 'Ada apa?' Saya bilang 'Gunung kami meletus lagi. Berdoa biar kita semua selamat..."…

BBC Indonesia
'Anak-anak saya panik, kenapa gunung kita keluarkan api?' - Warga ketakutan ketika Gunung Ruang kembali erupsi 

Menurut catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, setelah erupsi Gunung Ruang yang terjadi pada 17 April 2024 lalu, aktivitas erupsi mengalami penurunan.

Pada 22 April 2024 pukul 09.00 WITA, tingkat aktivitas Gunung Ruang diturunkan dari level IV (Awas) ke level III (Siaga).

Kemudian pada 26 April 2024, Tim BPPTKG-PVMBG-Badan Geologi-KESDM memasang satu buah stasiun seismik (RAPS) di Pulau Ruang yang berjarak kurang lebih 2 km dari puncak untuk memantau aktivitas Gunung Ruang.

Namun, pada Senin (29/04) terjadi gempa yang tercatat melalui stasiun RAPS, yakin sebanyak lima kali gempa guguran, 237 kali gempa vulkanik dangkal, 425 kali gempa vulkanik dalam, 15 kali gempa tektonik lokal, dan enam kali gempa tektonik jauh.

Hasil pemantauan visual 29 April 2024 hingga pukul 24.00 WITA menunjukkan masih tingginya aktivitas vulkanik Gunung Ruang. Asap kawah teramati 200 m hingga 1.000 m dari puncak dengan warna putih tebal.

Pada Selasa (30/04) pukul 02.32 WITA terjadi erupsi kembali yang diikuti dengan suara gemuruh. Tinggi kolom erupsi tidak dapat terlihat karena kondisi langit yang gelap.

Ada pula hujan baru yang terjadi di Pos PGA Ruang di P. Tagulandang. Erupsi berlangsung hingga pukul 04.30 WITA, dan dilaporkan bahwa alat pemantau kegempaan di Gunung Ruang (RAPS) rusak.

Peringatan risiko tsunami sempat dicabut setelah erupsi 20 April 2024

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencabut peringatan risiko tsunami seiring menurunnya aktivitas erupsi Gunung Raung di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara pada Minggu (21/04). Meski begitu, level Gunung Ruang masih tetap di level IV (Awas).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ribuan warga mengungsi ke sejumlah titik akibat dampak erupsi Gunung Ruang.

Hasil pendataan sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB per Sabtu (20/04) pukul 14.00 WIB, sebanyak 10 desa dan dua kelurahan di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, telah terdampak material vulkanik Gunung Ruang—mulai dari hujan abu vulkanik disertai kerikil dan bebatuan—saat erupsi seperti yang terjadi pada Selasa (16/04) hingga Rabu (17/04).

Ratusan warga Desa Laingpatehi, Pulau Ruang, mengungsi beberapa saat setelah Gunung Ruang mengalami erupsi besar pertama, pada Selasa (16/04).

Mereka diungsikan ke aula kantor Kecamatan Tagulandang—yang berada di seberang Pulau Ruang.

Poppy Atimang, adalah salah satu warga Laingpatehi yang harus meninggalkan rumahnya lantaran masuk dalam wilayah paling terdampak.

Sepanjang hidupnya, erupsi Gunung Ruang terjadi dua kali: sekarang dan September 2002 silam. Akan tetapi letusan yang terjadi saat ini lebih besar.

"Yang kami rasakan beda, sekarang ini [erupsi] lebih dahsyat. Pokoknya berbeda, sangat terasa kejadian erupsi sekarang."

Merujuk pada sejarah, erupsi gunung yang terletak di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, ini pernah memicu tsunami setinggi 24 meter dan menewaskan sekitar 400 orang pada 1871 lampau.

Bagaimana erupsi Gunung Ruang berlangsung sebelumnya?

Ketua Tim Kerja Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Heruningtyas, menyebut erupsi Gunung Ruang yang terjadi pada Rabu (17/04) sekitar pukul 20:15 WITA "sangat mendadak dan cepat sekali eskalasinya".

Kronologinya, kata Tyas, dimulai dari gempa tektonik yang tercatat di Pulau Maluku, bagian barat Pulau Doi pada 9 dan 14 April 2024. Selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas kegempaan yaitu vulkanik dalam -yang tercatat cukup signifikan mulai dari lima hingga 146 kali.

Rentetan kegempaan itulah, sambungnya, yang mendasari PVMBG menaikkan level atau status Gunung Ruang dari normal ke waspada.

"Kami menaikkan status Gunung Ruang pada 16 April 2024 pukul 10:00 WITA dengan memasukkan rekomendasi bahaya sejauh dua kilometer radius aman dari pusat aktivitas gunung."

Kemudian pada 16 April, lanjutnya, PVMBG kembali mencatat erupsi sekitar pukul 13:37 WITA atau beberapa jam setelah menaikkan status Gunung Ruang menjadi waspada.

Namun, intensitas erupsi lemah dengan ditandai asap putih dari pusat aktivitas di daerah kawah yang dilanjutkan erupsi berikutnya pada pukul 21:45 WITA.

"Kemudian erupsi-erupsi ini terjadi cukup intens sehingga kami mempertimbangkan kenaikan level menjadi siaga pada pukul 16:00 WITA."

Dari situ, PVMBG merekomendasikan radius aman bertambah menjadi empat kilometer dari pusat aktivitas kawah Gunung Ruang. Hal ini berdampak pada proses evakuasi warga desa yang tinggal di kaki gunung.

Letusan eksplosif Gunung Ruang, kata Tyas, berlanjut hingga Rabu (17/04) pukul 18:00 WITA dan yang "cukup besar erupsinya berlangsung pada pukul 20:15 WITA".

Seismograf PVMBG mencatat kegempaan erupsi secara terus menerus dan gempa terasa dengan disertai gemuruh serta petir.

Fenomena gemuruh dan petir erupsi Gunung Ruang

Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG, Heruningtyas, menjelaskan gunung yang memiliki ketinggian 725 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki tipe letusan eksplosif. Itu artinya gunung ini berpotensi menghasilkan awan panas dan lontaran batu pijar setinggi 3.000 meter.

Di sosial media, beredar foto yang memperlihatkan dahsyatnya letusan Gunung Ruang.

Semburan lahar berwarna merah menjulang tinggi yang disertai kilatan petir bertubi-tubi.

Menurut Tyas, fenomena gemuruh yang terdengar itu merupakan fenomena biasa yang terjadi ketika erupsi eksplosif berlangsung.

"Itu merupakan efek dari aktivitas gunung api yang sedang tidak stabil atau sedang berproses mengeluarkan magma dari dalam tubuh gunung api ke permukaan."

"Yang kemudian menghasilkan suara-suara gemuruh dan ada kilatan petir. Tapi kilatan petir yang disebut petir vulkanik ini berbeda dengan petir klimatologis yang terjadi ketika hujan."

"Kalau petir vulkanik terjadi di gunung-gunung yang sedang erupsi yang bertipe eksplosif. Petir ini merupakan sebuah pelepasan muatan listrik yang mana dari muatan listrik itu dikarenakan adanya kekuatan daripada erupsi eksplosif sehingga menghasilkan kilatan berupa petir."

Potensi tsunami?

Pada Rabu (17/04) PVMBG lagi-lagi menaikkan status Gunung Ruang menjadi awas setelah terjadi erupsi besar pada dini hari.

Hal tersebut, kata Tyas, berpotensi menimbulkan tsunami yang bisa terjadi apabila material gunung jatuh ke laut yang disebabkan ketinggian muka laut naik.

Sebab merujuk pada sejarah Gunung Ruang yang erupsi pada 1871 memicu tsunami setinggi 24 meter dan menewaskan sekitar 400 orang.

"Rekomendasi kami dari status awas, jarak aman enam kilometer sehingga sebagian kecil Pulau Tagulandang di area barat harus diungsikan warganya," jelas Tyas.

Proses evakuasi warga di Pulau Ruang dan sisi barat Pulau Tagulandang telah dilakukan kemarin malam.

Kendati demikian, dilaporkan terjadi hujan batu kerikil di Pulau Tagulandang yang merusak atap rumah penduduk setempat.

Selain hujan batu kerikil, juga ada hujan pasir yang melanda sisi barat Pulau Tagulandang yang membuat penduduk sekitar ketakutan. Selain itu RSUD dan sebuah lapas juga terkena dampak dan penghuninya harus diungsikan.

Sepanang periode 1-17 April 2024 tercatat ada 1.439 kali gempa vulkanik dalam Gunung Ruang, 569 kali gempa vulkanik dangkal, dan enam kali gempa tektonik lokal.

Adapun gempa tektonik jauh sebanyak 167 kali.

Ratusan orang diungsikan

Ratusan warga Desa Laingpatehi, Pulau Ruang, mengungsi beberapa saat setelah Gunung Ruang mengalami erupsi besar pertama, pada Selasa (16/04).

Mereka diungsikan ke aula kantor Kecamatan Tagulandang - yang berada di seberang Pulau Ruang.

Poppy Atimang, adalah salah satu warga Laingpatehi yang harus meninggalkan rumahnya lantaran masuk dalam wilayah paling terdampak.

Poppy bercerita dia baru saja selesai makan malam di aula kantor Kecamatan Tagulandang kala erupsi besar kedua berlangsung pada Rabu (17/04)

Dia dan warga lainnya mendengar bunyi gemuruh Gunung Ruang. yang sangat dahsyat.

Suara menggelegar itu sontak membuat warga panik dan langsung berhamburan ke jalan-jalan guna menyelamatkan diri ke beberapa tempat yang lebih aman.

Poppy yang mengungsi bersama anak gadisnya, melakukan evakuasi secara mandiri menggunakan sepeda motor.

Pada saat itulah dia melihat lontaran batu pijar sebesar ibu jari dari letusan Gunung Ruang sekaligus merasakan hujan abu vulkanik.

"Batu-batunya besar, abu dari gunung sangat banyak. Akan tetapi karena panik, kami sudah tidak ambil pusing lagi. Tujuan kami hanya bagaimana berlari sejauh mungkin," tuturnya dalam bahasa lokal.

Selama beberapa menit, Poppy sempat melihat asap tebal membumbung tinggi persis di atas kawah gunung diikuti kilatan petir.

Tak berselang lama, gempa terasa hampir di setiap menit.

"Setelah itu kami tak lagi mencermati gunung, karena sudah panik. Fokus kami bagaimana harus menghindar dari bahaya ini."

Ia mengaku hanya satu hal yang ada di pikirannya saat itu: bagaimana menyelamatkan diri.

Dia menyaksikan sendiri beberapa rumah warga rusak akibat lontaran batu pijar dari Gunung Ruang yang jatuh sangat cepat sampai menembus atap.

"Kami sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kami hanya terus berdoa dan bernyanyi lagu-lagu penyembahan."

"Kami bersyukur meski sempat merasakan terkena abu dan batu gunung, tapi tidak sampai membuat kami cedera serius. Puji Tuhan," sambung Poppy.

Sepanjang hidupnya, erupsi Gunung Ruang terjadi dua kali: sekarang dan September 2002 silam. Akan tetapi letusan yang terjadi saat ini lebih besar.

"Yang kami rasakan beda, sekarang ini [erupsi] lebih dahsyat. Pokoknya berbeda, sangat terasa kejadian erupsi sekarang."

"Kami hanya berharap aktivitas gunung secepatnya mereda dan tidak ada lagi peningkatan aktivitas gunung," tandasnya.

Merujuk data BNPB per Sabtu (20/04), rincian warga yang terdampak dan mengungsi meliputi 506 warga Desa Laingpatehi, 332 warga Desa Pumpete. Sebanyak 679 warga Desa Tulusan mengungsi di Desa Batumawira, Desa Bira, Desa Buha dan Desa Kisihang yang berada di Kecamatan Tagulandang.

Sebanyak 83 warga Desa Barangka Pehe mengungsi di Gedung Gereja Yerussalem yang sudah memiliki dapur umum dan dikelola oleh warga jemaat sekitar.

Kurang lebih 6.045 warga Desa Kelurahan Bahoi dan Kelurahan Balehumara mengungsi di Kecamatan Tagulandang Utara. Jumlah total pengungsi hingga saat ini masih dalam proses pendataan.

Berita ini diperbarui pada Rabu, 1 Mei 2024, sekitar pukul 08.00 WIB, dengan menambahkan informasi tentang kesaksian seorang warga atas meletusnya kembali Gunung Ruang di Sulawesi Utara.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan