Selasa, 9 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

12 Pengakuan Tentara Israel soal Genosida di Gaza: Kami Dibebaskan Menembak Siapa Saja

Dalam sebuah wawancara, enam tentara Israel membeberkan bagaimana perilaku rekan-rekannya selama genosida di Jalu Gaza.

khaberni
Para prajurit dari pasukan Israel (IDF) di Jalur Gaza - Dalam sebuah wawancara, enam tentara Israel membeberkan bagaimana perilaku rekan-rekannya selama genosida di Jalu Gaza. 

Keyakinan itu kemudian digunakan untuk membenarkan pengabaian perbedaan antara warga sipil dan kombatan.

11. Banyak jasad warga sipil Palestina di area terbuka

D, tentara cadangan di Gaza, mengungkapkan brigadenya ditempatkan di dekat dua koridor yang disebut sebagai "jalur kemanusiaan" di Gaza.

Koridor pertama untuk bantuan kemanusiaan, yang kedua untuk warga sipil Palestina yang bergerak dari utara ke selatan di Jalur Gaza.

Baca juga: Konflik di Internal Israel, Rezim Netanyahu Terancam, Media Tel Aviv: Ada Perpecahan di Pemerintahan

Di wilayah operasionalnya, D mengatakan brigadenya menerapkan aturan yang dikenal sebagai "garis merah dan garis hijau", yang menandai zona di mana warga sipil dilarang masuk.

"Siapapun yang melintasi kawasan hikau akan menjadi sasaran potensial," ujar D.

"Jika mereka (warga sipil) melewati garis merah, Anda hanya perlu melapor ke radio, tidak perlu meminta izin, Anda bisa menembak," imbuh dia.

D juga menceritakan, banyak warga sipil yang merupakan pengungsi putus asa, yang menjadi korban tembakan saat mencari makanan atau mendekat ke konvoi bantuan.

Hal ini menyebabkan banyak jasad warga Palestina bergelimpangan di jalanan Gaza.

"Seluruh area penuh mayat," katanya.

12. "Kami membakar rumah sebelum meninggalkannya"

Dua tentara bersaksi pembakaran rumah-rumah warga Palestina telah menjadi rutinitas di kalangan pasukan Israel, sebuah praktik yang dijelaskan secara luas oleh Haaretz awal tahun ini.

Green secara pribadi menyaksikan dua insiden: satu diprakarsai secara mandiri oleh seorang tentara dan satu lagi dilakukan di bawah instruksi komandan.

"Jika kami berpindah, rumahnya harus dibakar," kata dia singkat.

"Saya bertanya kepada komandan kompi, yang mengatakan, tidak boleh ada peralatan militer yang tertinggal, dan kami tidak ingin musuh melihat metode pertempuran kami," tambah Green.

"Saya bilang saya akan melakukan pencarian (untuk memastikan) tidak ada (senjata) yang tertinggal. Tapi, (komandan kompi) tetap memerintahkan saya untuk membakar rumahnya."

Hal senada juga disampaikan B yang mengatakan, "Kami membakar setiap rumah sebelum meninggalkanya."

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan