Minggu, 7 September 2025

Hampir satu juta sushi dibuang dalam sehari oleh minimarket di Jepang, apa penyebabnya?

Minimarket di seantero Jepang selalu berujung membuang banyak sekali makanan yang masih layak dikonsumsi. Para pegiat di Tokyo pun…

BBC Indonesia
Hampir satu juta sushi dibuang dalam sehari oleh minimarket di Jepang, apa penyebabnya? 

Meskipun sebagian dari makanan ini akhirnya dibeli sebelum malam berakhir, namun menurut Morinaga, banyak juga yang dibuang ke tempat sampah.

“Sebagian masalahnya adalah karena kita sudah menganggap biasa membuang makanan,” kata dia.

Sulit untuk mengukur seberapa besar masalah ini karena perusahaan-perusahaan minimarket Jepang biasanya tidak transparan mengenai kerugian mereka.

Perwakilan dari 7-Eleven dan Lawson, dua jaringan minimarket besar di Jepang, mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak mengungkap jumlah limbah makanan yang dihasilkan oleh toko-toko mereka.

Perwakilan dari FamilyMart, jaringan minimarket besar lainnya, tidak menanggapi permintaan wawancara BBC. Namun perusahaan ini mengungkapkan melalui situsnya bahwa mereka menghasilkan 56.367 ton limbah makanan per hari.

Pada 2020, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jepang memperkirakan bahwa jaringan swalayan besar di Jepang membuang makanan senilai rata-rata 4,68 juta yen per tahun. Itu setara dengan perkiraan kerugian tahunan mereka sebesar lebih dari 260 miliar yen.

“Sungguh gila betapa banyaknya makanan yang kita buang,” kata Ide.

Padahal, kata dia, Jepang mengimpor 63% makanannya dari luar negeri. Ini berarti pemborosan uang dan sumber daya, juga berkontribusi terhadap perubahan iklim karena proses produksi, transportasi dan pembuangan sampahnya (dengan cara dibakar) menghasilkan emisi.

Jepang telah berkomitmen untuk mengurangi separuh sampah makanannya menjadi 4,9 juta ton pada tahun 2030, sebagai bagian dari komitmennya terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.

Pada tahun 2000, Jepang menghasilkan 9,8 juta ton sampah makanan. Namun trennya menunjukkan perbaikan. Pada tahun 2012, jumlah sampah makanan telah turun menjadi 6,4 juta ton, lalu turun lagi menjadi 5,23 juta ton pada 2021.

Namun menurut beberapa aktivis, itu belum cukup. Untuk mencapai target SDG terkait sampah makanan, negara harus menyusun targetnya berdasarkan data pada tahun 2015. Dengan menyandingkan trennya dengan data tahun 2000, ketika jumlahnya lebih besar, Ide menuding Pemerintah Jepang “menggunakan pendekatan yang curang”.

Dia dan para aktivis lainnya mengharapkan perubahan yang lebih signifikan. Menurut mereka, langkah pertama yang krusial bisa dilakukan dengan menargetkan sampah makanan dari minimarket-minimarket.

Sebagian solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah ini sangat spesifik untuk situasi di Jepang, namun ada juga solusi-solusi yang bisa diterapkan negara-negara lain di seluruh dunia.

Harga dari sebuah kenyamanan

Ide menyadari persoalan limbah makanan pada tahun 2011, ketika bencana pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima terjadi.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan