Siapa Yahya Sinwar yang kini menjadi pemimpin Hamas?
Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya, menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran pekan lalu.
“Dia memposisikan dirinya sebagai pemimpin di antara para narapidana, bernegosiasi atas nama mereka dengan otoritas di penjara dan menegakkan disiplin di antara para narapidana.”
Pemerintah Israel menggambarkan Sinwar selama di penjara sebagai sosok yang “kejam, berwibawa, berpengaruh, dengan ketahanan yang tidak biasa, licik dan manipulatif, merasa puas dengan apa yang dia miliki… menyimpan rahasia bahkan di dalam penjara di antara tahanan lain… memiliki kemampuan untuk membawa orang banyak”.
Selama mereka bertemu, Yaari menilai Sinwar sebagai seorang psikopat.
“[Tetapi] untuk mengatakan bahwa, ‘Sinwar adalah seorang psikopat, titik,’ juga tidak tepat,” katanya.
“Karena Anda akan merindukan sosok yang aneh dan kompleks ini.”
Menurut Yaari, Sinwar “sangat licik, cerdas tahu bagaimana memainkan pesona pribadinya.”
Ketika Sinwar memberitahunya bahwa Israel harus dihancurkan dan bersikeras bahwa tidak ada tempat bagi orang Yahudi di Palestina, “dia kemudian bercanda, ‘Mungkin kami akan mengecualikan Anda’”.
Selama dipenjara, Sinwar menjadi fasih berbahasa Ibrani. Dia membaca surat kabar Israel. Yaari mengatakan bahwa Sinwar selalu lebih suka berbincang dalam bahasa Ibrani dengannya, meskipun Yaari fasih berbahasa Arab.
“Dia berusaha meningkatkan bahasa Ibraninya,” kata Yaari.
“Saya rasa dia juga ingin diuntungkan dari seseorang yang berbicara bahasa Ibrani lebih lancar dibandingkan sipir penjara.”
Sinwar dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari kesepakatan yang membebaskan 1.027 tahanan Palestina dan Arab Israel dari penjara dengan imbalan satu sandera Israel, yakni tentara IDF Gilad Shalit.
Shalit telah disandera selama lima tahun setelah diculik oleh, antara lain, saudara laki-laki Sinwar, yang merupakan komandan senior militer Hamas. Sinwar sejak saat itu menyerukan lebih banyak penculikan terhadap tentara Israel.
Saat ini, Israel telah mengakhiri pendudukannya di Jalur Gaza dan Hamas berkuasa setelah memenangkan pemilu dan kemudian menyingkirkan saingannya, partai Fatah pimpinan Yasser Arafat, dengan memecat banyak anggotanya dari posisi-posisi penting.
Kedisiplinan yang brutal
Ketika Sinwar kembali ke Gaza, dia langsung diterima sebagai pemimpin, kata Michael.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.