Jumat, 8 Agustus 2025

'Mereka pergi bermain sepakbola, tapi tak pernah pulang' – Empat bocah dibunuh dengan kejam di Ekuador, mengapa perang terhadap geng kriminal dikritik?

Pada 8 Desember 2024, empat anak laki-laki Ekuador pergi bermain sepak bola, tetapi tidak pernah kembali. Beberapa minggu kemudian…

BBC Indonesia
'Mereka pergi bermain sepakbola, tapi tak pernah pulang' – Empat bocah dibunuh dengan kejam di Ekuador, mengapa perang terhadap geng kriminal dikritik? 

Pada 8 Desember 2024, empat bocah laki-laki Ekuador pergi bermain sepak bola, tetapi tidak pernah kembali. Beberapa pekan kemudian mayat mereka yang dimutilasi berhasil diidentifikasi.

Kasus ini memicu perdebatan sengit tentang pelanggaran hak asasi manusia, rasisme, hingga kekerasan aparat polisi dan militer di negara Amerika Latin tersebut.

Saat itu, 2 Januari 2025, Luis Arroyo merayakan ulang tahun anak perempuannya bersama keluarganya di rumah, di kawasan miskin Las Malvinas.

Las Malvinas terletak di Guayaquil, kota terbesar di Ekuador.

Gadis itu berusia sembilan tahun, tetapi suasana acara itu terasa suram, walaupun ayahnya berusaha keras membuatnya menjadi meriah.

Sang ayah sudah membeli ayam panggang, tetapi putrinya kehilangan selera makan selama berhari-hari—dia sangat merindukan dua kakak lelakinya, Ismael dan Josué, yang sudah berminggu-minggu tak dia temui.

Arroyo berujar hidupnya bak mimpi buruk yang membuatnya dapat terbangun tiba-tiba.

"Tetapi itu bukan mimpi buruk, itu nyata [...] mereka mengambil anak-anak saya dengan brutal," katanya kepada BBC melalui telepon.

Hanya beberapa jam sebelumnya, dia telah menguburkan Ismael (15) dan Josué (14), yang jasadnya—dibakar dan dengan tanda-tanda penyiksaan—harus dia identifikasi sendiri.

Anak-anaknya itu adalah dua dari "Los Cuatro de Guayaquil" atau "Guayaquil Four". Mereka adalah anak-anak Ekuador yang ditahan anggota tentara dan kemudian hilang. Korban lainnya adalah Nehemías Arboleda, 15 tahun, dan Steven Medina, 11 tahun.

Kasus ini telah menggemparkan Ekuador dan mengungkap berbagai persoalan akut di negara itu, termasuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM), rasisme, serta kekerasan polisi dan militer.

Pergi bermain sepak bola, lalu tak pernah pulang

Sampai saat ini, Ekuador dianggap sebagai salah satu negara paling aman di kawasan tersebut.

Berbagai obyek wisatanya—Kepulauan Galapagos, hutan hujan, dan pegunungan— menarik banyak wisatawan.

Namun, kejahatan terorganisir, seperti di negara-negara Amerika Latin lainnya, meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan