Warga Gaza Utara Kembali ke Rumah, Antara Suka dan Duka
Di bawah gencatan senjata Israel-Hamas, warga Palestina mulai kembali ke rumah mereka di Gaza utara. Banyak yang menemukan rumahnya…
Mahmoud Ayoub sibuk mengemas selimut hangat dan pakaian di kamp pengungsi Nusseirat di Gaza tengah. Seperti kebanyakan pengungsi warga Palestina lainnya, pekerja berusia 33 tahun bersama keluarganya ini sudah tinggal di tenda selama beberapa bulan terakhir.
"Saya sangat gembira memikirkan bisa pulang ke Gaza utara, setelah mengungsi selama 16 bulan. Berita [gencatan senjata Israel-Hamas] ini telah memberikan kami harapan," katanya kepada DW.
Ayoub, seorang ayah dari tiga anak, bersiap untuk kembali ke rumah bersama keluarganya ke Sheikh Radwan, sebuah wilayah di Kota Gaza, pada Senin (17/01) pagi. Orang-orang dari tenda tetangga, semuanya pengungsi dari Gaza utara. Mereka saling membantu menurunkan tenda dan melipatnya dengan rapi.
Namun, beberapa lainnya memilih untuk menunggu beberapa hari sambil melihat bagaimana perkembangan situasinya. Ada rasa lega, tetapi juga banyak kekhawatiran muncul soal apa yang sedang menunggu mereka di Gaza utara.
"Kami menghubungi beberapa teman di utara untuk menanyakan kondisi rumah kami," kata Ayoub. "Mereka memberi tahu kami bahwa rumah itu hampir hancur, dan kami tidak yakin apakah kami masih bisa tinggal di sana. Kami memutuskan untuk kembali bagaimanapun juga. Jika kami tidak bisa tinggal di rumah, kami akan mendirikan tenda di dekatnya dan tinggal di sana, bersama istri dan anak-anak saya."
Keluarga itu juga harus merencanakan perjalanan dengan berjalan kaki seperti ratusan ribu warga Palestina lainnya, yang terpaksa mengungsi dari Gaza utara selama perang Israel-Hamas lalu.
"Kami tidak tahu bagaimana perjalanan itu nantinya, apakah akan mudah atau sulit. Perjalanannya sangat panjang, sekitar 7 kilometer di sepanjang garis pantai," katanya, seraya mengkhawatirkan bagaimana anak-anaknya akan menghadapi tantangan itu.
Kepulangan warga Palestina ke Gaza utara tertunda
Pada Minggu (26/01), ribuan warga Palestina menunggu di Jalan Rashid, yang membentang dari selatan ke utara di sepanjang garis pantai Jalur Gaza.
Perjalanan dengan berjalan kaki ini seharusnya diizinkan di bawah kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dengan Hamas, kelompok militan yang bertanggung jawab atas serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, yang memicu perang di Gaza.
Namun, Israel memblokir perjalanan kepulangan warga Palestina itu, setelah menuduh Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata, dengan tidak membebaskan Arbel Yehoud, seorang warga sipil Israel, dalam pertukaran sandera pada Sabtu (25/01).
Yehoud, yang diculik bersama kekasihnya dari Kibbutz Nir Oz pada serangan 7 Oktober lalu, ditahan oleh kelompok Jihad Islam, militan Palestina lainnya. Saudara laki-lakinya tewas dalam serangan tersebut.
Pada Minggu (26/01) malam, Qatar, yang membantu menengahi perundingan gencatatn senjata Israel-Hamas, mengumumkan, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah tercapai, Yehoud akan dibebaskan pada Kamis (30/01), bersama dengan dua sandera Israel lainnya.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi hal itu dan mengatakan, pembebasan sandera selanjutnya akan mencakup seorang tentara perempuan bernama Agam Berger. Tiga sandera lainnya akan dibebaskan pada Sabtu (01/02), seperti yang telah direncanakan, dengan imbalan pembebasan sejumlah warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Sebagai gantinya, Israel mengizinkan pergerakan pengungsi Gaza dari selatan ke utara melalui koridor Netzarim, sebuah jalan yang dikontrol oleh militer Israel. Jalan besar yang membentang dari timur ke barat ini dibangun selama perang, yang memutus Gaza selatan dari utara. Akibatnya, banyak keluarga yang terpisah, dan banyak warga Palestina terpaksa meninggalkan kerabat mereka saat menuju ke selatan, daerah yang dianggap lebih aman daripada di utara saat itu.
Pada Senin (27/01) pagi, gelombang pertama ribuan warga Gaza melintasi koridor dengan berjalan kaki. Beberapa jam kemudian, kendaraan juga diizinkan melintas tetapi harus menjalani pemeriksaan keamanan terlebih dahulu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.