Konflik Palestina Vs Israel
Pejabat Israel: Tahap Dua Pertukaran Sandera dengan Hamas Potensial Gagal Sebelum Dimulai
Potensi gagalnya pelaksanaan tahap dua pertukaran sandera dengan Hamas itu disebutkan karena Israel sengaja menyembunyikan rincian pertukaran
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Pejabat Israel: Tahap Dua Pertukaran Sandera dengan Hamas Potensial Gagal Sebelum Dimulai
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat keamanan pendudukan Israel memperingatkan potensi kegagalan pelaksanaan tahap kedua kesepakatan pertukaran sandera dengan gerakan pembebasan Palestina, Hamas.
Potensi gagalnya pelaksanaan tahap dua pertukaran sandera dengan Hamas itu disebutkan karena pemerintah pendudukan Israel sengaja menyembunyikan rincian pertukaran tersebut dari publik.
Baca juga: Ratusan Ribu Warga Gaza kembali ke Utara, Ben-Gvir: Hamas Menang Mutlak, Israel Menyerah Sepenuhnya
"Tahap dua pertukaran sandera dengan Hamas mungkin akan gagal bahkan sebelum dimulai," kata pejabat Israel yang identitasnya dirahasiakan tersebut dikutip RNTV, Kamis (30/1/2025).
Menurut media Israel, pejabat tersebut mengisyaratkan, Hamas mungkin akan menghentikan tahap pertama jika mereka yakin tahap kedua tidak akan dilaksanakan.
Hal ini mempersulit pembebasan tawanan Israel yang tersisa.
Netanyahu Terjepit
Pejabat Keamanan Israel tersebut, mencatat kalau Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menghadapi dilema dalam menyeimbangkan dampak dari apa yang telah disetujuinya dengan komitmen sebelumnya dalam kesepakatan dengan Hamas, seperti menarik diri dari Netzarim dan Koridor Philadelphia.
Kenyataan di lapangan ini membuat posisi Netanyahu terjepit antara kepentingan keluarga sandera Israel yang terus menekan pemerintahannya dan kepentingan militer Israel untuk terus melaksanakan pertempuran demi memberangus Hamas.
Baca juga: Media Israel: Merasa Sia-sia, IDF Angkat Kaki dari Poros Netzarim Pemisah Gaza Sambil Menangis
Tahap kedua pertukaran sandera dengan Hamas, tegasnya, memerlukan pilihan-pilihan tegas yang mungkin bertentangan dengan janji-janji sebelumnya dari pemerintah Israel.
Kabinet Perang pimpinan Netanyahu sebelumnya menyatakan tidak akan berkompromi dengan Hamas dan berjanji akan meraih 'kemenangan mutlak' di Jalur Gaza.
Fakta di lapangan, alur konflik justru dikendalikan Hamas baik soal jalannya pertempuran maupun fase gencatan senjata dalam kerangka pertukaran sandera.
Baca juga: Mantan Pejabat Intelijen Israel: Permainan Dikendalikan Hamas, Bukan IDF di Medan Pertempuran Gaza
Sementara itu, sumber yang dekat dengan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer meyakini hambatan tersebut dapat diatasi.
Dia memandang, fase kedua pertukaran sandera dalam kerangka gencatan senjata ini merupakan bagian dari "proses bersejarah" yang melibatkan normalisasi Arab, kekuatan multinasional di Gaza, pembongkaran kekuasaan Hamas, dan rekonstruksi yang didukung internasional.

Hamas Permalukan Israel Lewat Pembebasan Sandera
Pembebasan para sandera Israel oleh Hamas telah disambut dengan gembira oleh para keluarga tawanan.
Hamas telah membebaskan empat sandera tentara wanita, yakni Liri Albag, Daniella Gilboa, Karina Ariev dan Naama Levy.
Keluarga mereka merayakan dengan sukacita dan lega saat melihat putri mereka masih hidup.
"Perasaan lega dan bahagia menyelimuti kami setelah 477 hari penantian yang panjang dan tak tertahankan," kata keluarga Albag, dikutip dari Middle East Eye.
"Kami akhirnya bisa melihat Liri, memeluknya, dan tahu bahwa dia bersama kami, di tempat yang aman, dikelilingi oleh kasih sayang keluarga," lanjutnya.
Namun, adegan pelepasan tersebut juga disambut dengan kemarahan dan kritik oleh banyak orang di Israel.
Kemarahan tersebut muncul ketika keempat sandera yang mengenakan pakaian bergaya militer, dikawal ke podium di Kota Gaza, di mana mereka berdiri di hadapan kerumunan besar warga Palestina dan dikelilingi oleh puluhan pejuang Hamas.
Para tawanan melambaikan tangan dan tersenyum sebelum dibawa pergi dan diangkut dengan kendaraan Palang Merah ke Israel.
"Hamas mencoba mempermalukan mereka, tetapi mereka naik panggung di depan kerumunan yang penuh kebencian dengan kepala tegak, punggung tegak, dan senyum. Inilah kemenangan kita yang sesungguhnya," kata koresponden politik senior untuk Channel 12, Daphna Liel.
Para politisi juga menganggap proses pembebasan itu sebagai upaya Hamas untuk mempermalukan Israel.
"Mereka mengira itu akan menjadi pertunjukan yang memalukan, tetapi para pahlawan wanita kita menunjukkan gambaran kemenangan semangat Israel," kata politisi Partai Buruh kiri-tengah, Naama Lazimi.
Baca juga: Hamas: 25 dari 33 Tahanan Israel Masih Hidup, 8 Jenazah Akan Diserahkan di Akhir Tahap Pertama
Ada pula pihak-pihak di Israel yang ingin menuntut Hamas atas apa yang mereka anggap sebagai penghinaan terhadap perempuan Israel yang dibebaskan dan negara Israel.
Shai Golden, seorang jurnalis dan presenter di Channel 13, mengusulkan sebuah peta jalan untuk hari berikutnya setelah pembebasan semua tawanan.
Golden mengatakan Hamas ingin menunjukkan kepada dunia kekuatan mereka setelah 15 bulan perang, seraya menambahkan bahwa militer Israel harus "kembali ke Gaza dan mengakhiri binatang buas yang gila ini. Selama diperlukan".
"Ini masalah sederhana, masalah eksistensial dan kelangsungan hidup, untuk melenyapkan orang Amalek gila ini dari muka bumi," kata Golden.
"Kami akan melawan dan memburu mereka selamanya. Sampai tidak ada satu pun dari mereka yang tersisa."
"Ini adalah keharusan nasional. Ini adalah perintah Yahudi. Ini adalah perintah Israel. Ini adalah perintah bersejarah," lanjutnya.
Tujuh wanita Israel sejauh ini telah dibebaskan oleh Hamas sebagai ganti 290 tahanan Palestina di penjara Israel. Pertukaran ketiga diperkirakan akan berlangsung Sabtu depan.
Pembebasan Arbel Yehoud
Israel telah mengumumkan pada Minggu (26/1/2025) bahwa perselisihan mengenai penerapan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas telah diselesaikan.
Hamas, kata Israel, akan membebaskan enam sandera dalam dua kelompok minggu ini, termasuk wanita sipil Arbel Yehoud dan prajurit Agam Berger.
Israel juga menyatakan Hamas akhirnya mengirim daftar yang merinci kondisi para sandera yang tersisa yang akan dibebaskan dalam fase pertama gencatan senjata yang berlangsung selama 42 hari, yang dimulai pada tanggal 19 Januari.
Kegagalan untuk mengirim daftar ini pada hari Sabtu dan kegagalan Hamas untuk membebaskan Yehoud di hadapan para prajurit wanita IDF dianggap oleh Israel sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Berdasarkan kesepakatan, Yehoud, Berger, dan sandera ketiga yang tidak disebutkan namanya akan dibebaskan pada hari Kamis.
Selain itu, tiga sandera lainnya akan dibebaskan pada hari Sabtu sesuai jadwal.
Baca juga: Hamas: Seruan AS Sejalan Rencana Israel, Terima Kasih Yordania-Mesir yang Tolak Tampung Warga Gaza
NBC News sebelumnya melaporkan bahwa Keith Siegel (65) penduduk asli AS, akan dibebaskan minggu depan, meskipun belum ada konfirmasi dan tidak jelas apakah ini akan terjadi pada hari Kamis atau Sabtu.
Sebagai imbalan atas para sandera, Israel akan membebaskan tahanan keamanan Palestina — 30 untuk setiap warga sipil, dan 50 untuk Berger termasuk 30 orang yang menjalani hukuman seumur hidup.
Nasib Yehoud telah menjadi titik kritis utama dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut, dengan Israel menghalangi kembalinya warga Palestina ke Gaza utara setelah Hamas membebaskan empat tentara wanita pada hari Sabtu.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera, Hamas diharuskan untuk memprioritaskan pembebasan perempuan sipil.
Yehoud ditahan oleh Jihad Islam Palestina (PIJ), yang dilaporkan telah secara keliru menggambarkannya sebagai seorang tentara dan menuntut lebih banyak tahanan dibebaskan sebagai imbalannya.
Penyiar publik Kan melaporkan Minggu malam bahwa PIJ telah setuju untuk menggolongkannya sebagai warga sipil, membantu menyelesaikan krisis.
Hamas mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya telah memberikan jaminan bahwa Yehoud masih hidup dan aman dan akan segera dibebaskan.
Yehoud (28) dan pacarnya Ariel Cunio (26) diculik dari Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerbu Israel selatan.
Baca juga: Tentara Israel Ucapkan Terima Kasih ke Hamas, Ungkap Dapat Perlakuan Baik Selama Jadi Tawanan Perang
Kakak Cunio, David, juga ditawan Hamas.
Keduanya tidak dijadwalkan dibebaskan selama tahap pertama kesepakatan, di mana Hamas telah berkomitmen untuk membebaskan 33 wanita, anak-anak, pria berusia di atas 50 tahun, dan mereka yang dianggap sangat tidak sehat, sebagai imbalan atas sekitar 1.904 tahanan keamanan Palestina.
(oln/khbrn/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Pasukan Darat Israel Sudah Buka Jalan ke Kota Gaza, Serbuan Besar-besaran Segera Terjadi |
---|
Microsoft Minta Bantuan FBI Hentikan Demo Karyawan yang Minta Putus Hubungan dengan Israel |
---|
Australia Usir Dubes Iran usai Serangan Anti-Yahudi Tahun Lalu, Teheran Janjikan Pembalasan |
---|
Hamas Bantah Klaim Israel, 21 Korban Tewas di Rumah Sakit Nasser Bukan Anggota Pejuang |
---|
Trump akan Pimpin Pertemuan Besar di Gedung Putih Bahas Rencana Kelola Gaza Pascaperang |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.