Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Suriah

Rusia dan Iran Bereaksi Terhadap Bentrokan Berdarah Antara Pasukan Keamanan Vs Pejuang Pro-Assad

Pada Kamis (6/3/2025), pertempuran sengit pecah di Suriah antara pasukan keamanan dan kelompok loyalis Presiden Bashar al-Assad.

RNTV/TangkapLayar
TERAPKAN JAM MALAM - Pasukan rezim baru pemerintahan Suriah saat menangani kerusuhan yang terjadi di wilayah-wilayah yang menjadi basis pendukung Presiden terguling, Bashar Al-Assad, Kamis (6/3/2025). Pasukan Suriah dlaporan menerapkan jam malam di sejumlah wilayah pesisir negara tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Pada Kamis (6/3/2025), pertempuran sengit pecah di Suriah antara pasukan keamanan dan kelompok loyalis Presiden Bashar al-Assad.

Insiden ini terutama terjadi di provinsi Latakia dan Tartus, daerah yang merupakan basis dukungan utama bagi keluarga al-Assad, yang berasal dari sekte minoritas Alawite.

Apa yang Memicu Kekerasan di Wilayah Pesisir Suriah?

Sejak pertempuran dimulai, kekerasan terus meluas dengan serangan yang menargetkan desa-desa seperti Sheer Mukhtariyeh dan Haffah.

Serangan ini menyebabkan puluhan korban jiwa, terutama di kalangan pria yang terpisah dari wanita dan anak-anak di Mukhtariyeh.

Laporan dari Al Jazeera mengungkapkan bahwa lebih dari 130 orang telah tewas dalam dua hari pertikaian tersebut.

Sumber dari pemerintah Suriah melalui kantor berita SANA menyatakan bahwa kekerasan ini dipicu oleh serangan kelompok yang tidak terorganisir terhadap pasukan keamanan.

Namun, upaya untuk menghentikan pelanggaran lebih lanjut oleh pihak keamanan belum berhasil.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Hasan Abdel-Ghani, menyatakan bahwa kelompok yang mendukung Assad melakukan serangan terorganisir terhadap pos-pos keamanan, dengan beberapa serangan berfokus pada wilayah Jableh dan daerah sekitarnya.

Bagaimana Respons Pemerintah Suriah terhadap Pertikaian Ini?

Seiring meningkatnya ketegangan, jam malam diberlakukan di kota-kota pesisir seperti Latakia dan Tartus.

Pertikaian ini juga memberikan dampak besar terhadap stabilitas regional, dengan banyak warga Suriah yang mencari perlindungan di pangkalan udara Rusia di Jableh, mengingat dukungan Moskow kepada al-Assad sejak 2015.

Apa Dampak Kekerasan Ini Terhadap Pemerintahan Suriah?

Bentrokan ini mengguncang upaya Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, untuk mengonsolidasikan kekuasaan di negara yang tengah bergejolak ini.

Pemerintah Suriah kini menghadapi tantangan besar dalam mencabut sanksi internasional dan mengatasi kerusuhan domestik.

Meskipun al-Sharaa berjanji untuk menjalankan pemerintahan yang inklusif, tidak ada pertemuan yang diumumkan antara dirinya dan tokoh-tokoh senior dari komunitas Alawite, berbeda dengan pendekatan terhadap kelompok minoritas lain seperti Kurdi, Kristen, dan Druze.

Apa Reaksi Negara-Negara Lain Terhadap Situasi Ini?

Reaksi dari negara-negara terkait sangat bervariasi.

Rusia mengungkapkan kesiapannya untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna meredakan ketegangan dan menghentikan pertumpahan darah lebih lanjut.

Sementara itu, Iran, sebagai sekutu utama Suriah, mengeluarkan peringatan bahwa kekerasan ini dapat menambah ketidakstabilan di kawasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengutuk segala bentuk kekerasan dan serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Di sisi lain, Turki juga mengingatkan bahwa provokasi di Latakia dapat mengancam perdamaian Suriah dan kawasan sekitarnya, serta menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan menghentikan tindakan provokatif yang dapat memperburuk situasi.

Apa yang Terjadi dengan Komunitas Alawite di Tengah Kekacauan Ini?

Sejak kejatuhan al-Assad, komunitas Alawite yang selama ini berkuasa di Suriah telah menjadi sasaran serangan.

Aktivis setempat melaporkan bahwa kelompok ini, terutama di wilayah pedesaan Homs dan Latakia, sering kali menjadi target kekerasan dari berbagai pihak.

Meskipun Presiden sementara Suriah berkomitmen untuk membangun pemerintahan yang inklusif, kenyataannya menunjukkan bahwa ketidakpastian dan ketegangan di dalam negeri masih sangat tinggi.

Dalam konteks ini, situasi di Suriah menunjukkan bagaimana kekerasan dan ketidakstabilan dapat terus berlanjut, memengaruhi tidak hanya komunitas lokal tetapi juga hubungan antarnegara di kawasan yang lebih luas.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan