Minggu, 10 Agustus 2025

Konflik Suriah

SDF Puji Kesempatan Nyata untuk Membangun Suriah Baru Setelah Kesepakatan dengan Pemerintah Suriah

Kepala milisi Kurdi yang didukung AS, Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada akhir 10 Maret

Editor: Muhammad Barir
SANA/Ruaa Al-Jazaeri/ Mazen Eyon
AHMED AL-SHARAA - Foto ini diambil dari Kantor Berita Negara Suriah (SANA) pada Selasa (11/3/2025), memperlihatkan Presiden sementara Suriah Ahmed Al-Sharaa (kanan) dan Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Mazloum Abdi (kiri) menandatangani perjanjian integrasi SDF ke dalam pemerintah Suriah pada Senin (10/3/2025). 

Dalam wawancara dengan Al-Majalla yang dilakukan pada bulan Februari dan diterbitkan pada hari Senin, Abdi mengatakan bahwa ia setuju dengan Sharaa mengenai “serangkaian prinsip,” termasuk “masalah kedaulatan seperti persatuan wilayah Suriah, dan bahwa harus ada satu tentara di Suriah, bahwa harus ada satu institusi, satu ibu kota, dan satu bendera.”

"Ada beberapa hal yang kami sepakati, tetapi mekanisme dan waktu pelaksanaannya perlu didiskusikan dan dibahas. Kami sepakat untuk terus berunding dan berdialog hingga masalah ini selesai, dan kami menilai pertemuan ini positif. Prinsip dasar yang kami sepakati adalah tidak boleh ada dua angkatan bersenjata, tetapi hanya satu angkatan bersenjata," tambah kepala SDF tersebut. 

Menurut laporan Syria TV , kesepakatan antara SDF dan pemerintah Suriah “difasilitasi oleh dorongan langsung Amerika kepada Mazloum Abdi,” serta mediasi AS.

Kesepakatan hari Senin terjadi beberapa hari setelah pemberontakan bersenjata terhadap negara dan pasukan keamanannya, yang dilakukan oleh sel-sel yang berafiliasi dengan bekas militer Suriah, Tentara Arab Suriah (SAA). 

Pemberontakan tersebut memicu operasi keamanan besar-besaran, di mana pasukan pemerintah membantai lebih dari 1.000 warga sipil, terutama dari minoritas Alawite – sekte mantan presiden Suriah Bashar al-Assad. 

Anggota berbagai faksi ekstremis yang telah terintegrasi ke dalam Kementerian Pertahanan dan angkatan bersenjata yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mendatangi rumah-rumah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. 

Banyak pembantaian yang didokumentasikan dalam video oleh para militan itu sendiri. 

Meskipun banyak pelakunya merupakan pejuang asing, banyak pula yang merupakan warga Suriah

Banyak kelompok ekstremis yang telah dimasukkan ke dalam tentara Suriah memiliki sejarah penganiayaan dan kejahatan kekerasan terhadap suku Kurdi, termasuk faksi yang didukung Turki dari apa yang dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah (SNA). 

Bentrokan hebat antara SDF dan kelompok-kelompok yang didukung Turki ini telah berkecamuk di Suriah utara sejak jatuhnya pemerintahan Assad tahun lalu. 

 


SUMBER: THE CRADLE

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan