Minggu, 28 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Ditembak Drone Israel, Gadis Palestina Berhasil Lalui 4 Bulan dengan Peluru Bersarang di Kepalanya

Peluru bersarang di kepala selama 4 bulan, gadis Palestina akhirnya jalani operasi di Mesir

Penulis: Tiara Shelavie
Dr. Mohamed Khaled Shawky/Al-Nour Radiology Center (kiri), Sarah al-Awady via CBS News
PELURU DI KEPALA - Kolase foto gambar pemindaian menunjukkan peluru bersarang di belakang mata kanan Sarah al-Awady dan peluru yang berhasil dikeluarkan dokter dari kepalanya di Mesir. Peluru bersarang di kepala selama 4 bulan, gadis Palestina akhirnya jalani operasi di Mesir. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita Palestina menceritakan penderitaannya setelah peluru tembakan Israel bersarang di kepalanya selama empat bulan.

Dilansir CBS News, pada 22 Oktober 2024, Sarah al-Awady (18) sedang duduk bersama keluarganya di tenda pengungsian mereka di Al-Zawaida, Gaza bagian tengah.

Namun, tiba-tiba, sebuah drone quadcopter Israel menembakkan peluru ke arahnya.

"Tiba-tiba saya merasakan sakit di kepala, seperti dipukul dengan batang besi atau semacamnya," kata Awady kepada CBS News minggu ini.

"Keluarga saya mulai berteriak, 'Peluru! Peluru!' Semua orang panik. Mereka menggendong saya dan membawa saya ke Rumah Sakit Shuhada al-Aqsa."

Para dokter berusaha semampu mereka dengan peralatan yang terbatas di tengah kehancuran Gaza.

Mereka bisa melihat peluru itu bersarang di tengkorak Awady, tepat di belakang mata kanannya. Namun, mereka tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk mengeluarkannya.

Akhirnya, Awady diberi tahu, tidak ada lagi yang bisa dilakukan para dokter di Gaza.

Namun, ia menolak menyerah dan bersikeras tetap tinggal di rumah sakit.

Paling tidak, pikirnya, matanya yang terluka akan lebih terlindungi dari debu di tempat pengungsian keluarganya.

Ia bertahan di rumah sakit dengan hanya mengandalkan obat penghilang rasa sakit, tanpa ada rencana pasti untuk mengatasi cederanya.

Baca juga: Pembunuhan Pejuang Perlawanan Palestina oleh Otoritas Palestina PA Memicu Kemarahan yang Meluas

Pada awal November, tim medis sukarelawan mengunjungi Rumah Sakit Eropa di dekat Khan Younis, Gaza selatan.

Dr. Mohamed Tawfik, seorang dokter asal Mesir yang tergabung dalam tim tersebut, melihat kondisi Awady dan teringat seseorang yang mungkin bisa menolongnya.

Tawfik segera menghubungi ayahnya, Dr. Ahmed Tawfik, seorang dokter mata senior, untuk meminta pendapat medis.

Dr. Ahmed Tawfik mengatakan kepada CBS News, ia ingin pergi ke Gaza untuk membantu, tetapi perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir ditutup.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan