Konflik Rusia Vs Ukraina
Jelang Perundingan dengan Trump, Prancis Desak Putin Buktikan Rusia Ingin Berdamai dengan Ukraina
Sementara Trump optimis "banyak elemen" perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina telah disepakati, pemimpin Eropa tetap skeptis terhadap niat Rusia.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Tiara Shelavie
Salah satu tuntutannya adalah klarifikasi mengenai apakah pasokan senjata dari Barat ke Ukraina akan tetap berlanjut selama gencatan senjata.
Dalam konferensi pers pekan lalu, Putin mempertanyakan, “Apakah mobilisasi akan tetap berlangsung di Ukraina? Apakah senjata akan terus dipasok?”
Selain itu, ia kembali menegaskan tuntutannya terkait demiliterisasi Ukraina dan jaminan netralitas, yang ditolak tegas oleh Kyiv.
"Bola ada di tangan Rusia," ujar Kallas, menegaskan bahwa “Rusia tidak benar-benar menginginkan perdamaian dan tidak bisa dipercaya dalam perundingan.”
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut tuntutan Putin sebagai "sangat dapat diprediksi dan manipulatif".
Ia merujuk pada laporan penumpukan militer Rusia di perbatasan timur laut Ukraina sebagai bukti bahwa Putin hanya ingin memperpanjang perang.
“Ini menunjukkan niat untuk menyerang,” katanya.
Dampak Perundingan bagi Eropa
Brussels akan mencermati hasil perundingan ini dengan saksama.
Percakapan terakhir Trump dan Putin pada 12 Februari mengejutkan sekutu Barat karena mereka sepakat untuk segera memulai negosiasi perdamaian.
Hal ini mengguncang strategi isolasi terhadap Kremlin yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Sebagai respons, Prancis dan Inggris kini memimpin upaya membentuk koalisi pertahanan untuk memastikan Ukraina tetap memiliki dukungan.
Koalisi ini diperkirakan melibatkan lebih dari 30 negara dan berfokus pada bantuan militer serta perlindungan wilayah Ukraina.
Baca juga: Fokus Pembicaraan Trump dan Putin soal Perang Rusia-Ukraina: Tanah Mana yang Akan Dibagi-bagi
Sementara itu, Kallas mengusulkan inisiatif baru untuk mengumpulkan bantuan militer sebesar €40 miliar bagi Ukraina.
Rencana ini bertujuan untuk menghindari veto dari negara-negara yang cenderung pro-Rusia, seperti Hongaria dan Slowakia, serta terbuka bagi kontribusi dari negara non-Uni Eropa, termasuk Inggris dan Norwegia.
“Kami harus menunjukkan tekad sekarang dan mendukung Ukraina agar mereka bisa mempertahankan diri,” ujar Kallas, seraya menegaskan bahwa inisiatif ini akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan puncak Uni Eropa pada Kamis mendatang.
Perundingan yang akan datang antara Trump dan Putin menjadi momen krusial yang dapat menentukan arah konflik Rusia-Ukraina ke depan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.