Konflik China dan AS
Panglima Perang AS Gusar, Militer China-Korea Utara-Rusia Kian Mesra di Pasifik
Jalinan simbiosis transaksional Rusia-China-Korea Utara dalam Perang Ukraina merembet ke Indo-Pasifik, lokasi militer AS mengamankan sekutu Asianya.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Brunson lalu mengatakan Korea Utara telah menunjukkan kemampuan untuk mengirim amunisi dan pasukan ke Rusia sambil memajukan pengembangan kemampuan militernya sendiri, termasuk senjata hipersonik.
Pyongrang, katanya, “membanggakan pasukan militer yang diperlengkapi, diperkuat, dan dimodernisasi Rusia dengan jumlah lebih dari 1,3 juta personel.”
Upaya Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik canggih "menimbulkan ancaman langsung terhadap tanah air dan sekutu kami," tambah Paparo.
Korea Utara juga telah mengirim ribuan tentara untuk bertempur bersama Rusia melawan Ukraina.
Adapun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia secara aktif merekrut warga negara Tiongkok untuk bertempur bersama pasukannya dalam perang Ukraina.
Ia mengatakan lebih dari 150 tentara bayaran tersebut sudah aktif dalam pertempuran tersebut dengan sepengetahuan Beijing.
Baca juga: Seputar Perekrutan Ratusan WN China oleh Tentara Rusia: Dari TikTok ke Medan Perang Ukraina

Senat AS Cemas Sikap Trump
Dalam komentar lainnya, Senator Jack Reed dari Rhode Island, anggota Demokrat senior di panel tersebut, mengatakan para pengamat khawatir kalau Presiden Donald Trump akan “mengurangi kehadiran pasukan AS di Korea dan Jepang, mengurangi latihan militer dengan kedua negara, dan mengurangi rencana untuk Markas Besar Pasukan Gabungan di Jepang.”
Trump, dengan visinya untuk mengurangi bantuan apa pun AS ke negara lain sebagai upaya mengembalikan 'kejayaan' negara itu, memang ingin menarik mundur sebagian pasukan-pasukan AS dari berbagai belahan dunia, utamanya yang kurang memberi kontribusi bagi Washington.
Baca juga: AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur
Tindakan apa pun seperti itu, katanya, akan menabur “benih keraguan” tentang stabilitas dan kepercayaan Amerika.
Ia juga mempertanyakan apakah langkah terbaru Pentagon untuk memindahkan kapal induk dan batalion rudal Patriot dari kawasan Pasifik ke Timur Tengah telah merugikan kesiapan militer dalam komando Indo-Pasifik.
Paparo mengatakan kalau ia 'berutang' kepada kepala pertahanan dan presiden "kewaspadaan terus-menerus" mengenai masalah tersebut.
Paparo berjanji akan tetap berada dalam kewaspadaan tinggi soal apakah pasukan tersebut dapat kembali ke Pasifik jika tiba-tiba ada "ancaman dengan prioritas lebih tinggi" di wilayahnya.
Baca juga: Tanda Perang Besar, AS Pindahkan Batalyon Rudal Patriot ke Timur Tengah, Bantu Israel Lawan Iran Cs
(oln/ap/*)
Konflik China dan AS
Jenderal AS Ungkap Rencana Militer China untuk Mengalahkan AS dalam Perang Taiwan |
---|
Citra Satelit Tunjukkan China Bangun Pulau-Pulau Buatan di Laut China Selatan, AS Terseret Konflik |
---|
Bikin Amerika Dongkol, Enam Pesawat Angkut China Xian Y-20 Muncul di Mesir, Bawa Senjata Terbaru? |
---|
Pertama di Dunia, China Luncurkan Senjata Monster 16 Laras: Misi Lenyapkan Ribuan Drone AS-Taiwan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.