Kamis, 7 Agustus 2025

Inggris selidiki dugaan impor minyak jelantah oplosan, salah satunya dari Indonesia – Bagaimana duduk persoalannya?

Pemerintah Inggris tengah menginvestigasi dugaan penipuan pada proses impor minyak jelantah yang menjadi bahan baku produksi bahan…

BBC Indonesia
Inggris selidiki dugaan impor minyak jelantah oplosan, salah satunya dari Indonesia – Bagaimana duduk persoalannya? 

Pemerintah Inggris tengah menginvestigasi dugaan kecurangan pada proses produksi bahan bakar nabati HVO (hydrotreated vegetable oil) yang diduga berbahan baku minyak jelantah oplosan.

Menurut sumber anonim yang berbicara kepada BBC, HVO yang digunakan di Inggris bukan berasal dari limbah minyak nabati atau minyak jelantah, melainkan dari minyak sawit murni.

Seorang pakar menyebut Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak jelantah yang mengandung oplosan minyak sawit murni tersebut. Namun tuduhan ini dibantah Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia.

Minyak sawit murni (virgin palm oil) kerap dikaitkan dengan penggundulan hutan di negara tropis, termasuk Indonesia. Deforestasi diyakini berbagai kalangan telah memperburuk perubahan iklim dan mengancam biodiversitas.

Dugaan campuran minyak sawit murni dalam bahan baku HVO dipersoalkan karena HVO selama ini dianggap sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Alasannya, HVO dapat diproduksi dari bahan seperti limbah minyak goreng bekas alias minyak jelantah.

Penggunaan HVO diperkirakan dapat memangkas emisi hingga 90%.

Pakar bidang biofuel dari Jerman, Christian Bickert, mengatakan sebagian besar HVO dibuat dari produk limbah minyak "palsu".

"Secara kimia, minyak jelantah dan minyak sawit murni benar-benar sama karena berasal dari pabrik yang sama dan juga dari fasilitas produksi yang sama di Indonesia," kata Christian kepada BBC News.

Ketua Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia, Setiady Goenawan, membantah tuduhan itu. Dia membuat klaim, ekspor minyak jelantah dari Indonesia tidak bercampur bahan lain, termasuk minyak sawit murni karena yang mereka ekspor sudah tersaring "melalui uji laboratorium" sebelum dilempar ke pasar internasional.

Sementara itu Ketua Asosiasi Pengumpul Minyak Jelantah Indonesia, Matias Tumanggor, menyebut minyak bekas yang dikumpulkan anggota lembaganya merupakan minyak goreng yang digunakan di hotel, restoran, dan rumah tangga alias "tidak tercampur bahan lain".

BBC News Indonesia telah meminta respons pejabat di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, tapi belum mendapatkan jawaban.

Pakar energi, Putra Adhiguna, menyebut pemerintah Indonesia harus berhati-hati terkait transparansi ekspor barang-barang yang berkaitan dengan isu keberlanjutan.

Selain karena isu ini kerap menjadi sorotan, pintu perdagangan untuk barang serupa berisiko tertutup untuk Indonesia.

Pada Januari 2025, Kementerian Perdagangan memperketat ekspor minyak jelantah. Kebijakan itu diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 2 Tahun 2025.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan