15 Tahun Berlalu, Wanita Inggris Bangun dari Stroke dengan Aksen Mandarin, Begini Kabarnya Sekarang
Wanita di Inggris tiba-tiba terbangun dari stroke dan berbicara dengan aksen mandarin, begini kabarnya sekarang.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kisah Sarah Colwill sempat viral 15 tahun lalu.
Wanita asal Plymouth, Inggris, ini tiba-tiba terbangun dari stroke dan langsung berbicara dengan aksen Mandarin.
Padahal, ia belum pernah sekalipun mengunjungi China.
Sarah baru berusia 35 tahun ketika aksennya yang kental tiba-tiba menghilang dalam semalam pada tahun 2010.
Kasusnya, yang dikenal sebagai sindrom aksen asing (Foreign Accent Syndrome/FAS), tergolong langka.
Hanya sekitar 100 kasus yang diketahui di seluruh dunia.
Dalam wawancara dengan MailOnline baru-baru ini, Sarah, yang kini berusia 50 tahun, masih berbicara dengan aksen Mandarin.
Namun selama 15 tahun terakhir, hidup Sarah dipenuhi dengan perundungan.

Keluarganya bahkan menjauh, menyebutnya “aneh” dan “memalukan”.
Sarah mengungkapkan bahwa beberapa kelompok keagamaan menuduhnya “kesurupan” dan menyarankan agar ia “dibersihkan”.
Berbicara secara eksklusif kepada MailOnline, Sarah berkata:
Baca juga: Viral Pria di China Berhenti Bekerja demi Rawat Anak, tapi Kemudian Alami Depresi dan Berujung Cerai
“Saya tidak dapat menggambarkan bagaimana rasanya ketika masyarakat dan negara menentangmu, tidak lagi mengakuimu sebagai penduduk, bahkan menyuruhmu kembali ke tempat asal.”
“Saya tidak punya tempat untuk dituju. Jika kalian tidak menginginkan saya, ke mana saya harus pergi?”
“Jika Anda tidak percaya kepada saya dan mengira ini semua palsu, tidak apa-apa. Lanjutkan hidup Anda.”
“Tapi tolong, jangan merasa perlu mengirimi saya pesan berisi hinaan, menyebut saya jelek atau pembohong.”
“Jalani saja hidupmu dan anggap ini tidak nyata. Tidak apa-apa.”
Dokter tidak dapat memastikan penyebab stroke yang dialaminya.
Namun, stroke tersebut menimbulkan gangguan neurologis yang membuatnya sulit berjalan dan berbicara dengan jelas.
Stroke itu juga memaksa Sarah berhenti dari pekerjaannya sebagai koordinator TI dan kembali tinggal di rumah ibunya bersama suaminya, Patrick, agar bisa dirawat bersama.
Sarah dan Patrick, yang telah menikah selama 25 tahun, menjual rumah mereka dan pindah ke bangunan tambahan di belakang rumah ibunya.
Namun, mereka menyebut tempat itu sebagai “gudang mewah” karena tidak memiliki cukup uang untuk menyelesaikan proyek renovasinya.
Sarah mengatakan bahwa ia sering dicap sebagai “penghinaan terhadap seluruh komunitas Asia”.
Ia dituduh rasis karena dianggap meniru aksen yang bukan miliknya.
Ia juga mengingat dua kejadian di mana ia diminta “kembali ke negara asalnya”.
Namun, Sarah mengatakan ia memiliki teman-teman dari komunitas Asia, termasuk salah satu teman dekatnya yang bekerja di restoran Tiongkok di daerahnya, yang selalu memberinya dukungan.
Baca juga: Gelar Pesta 1 Bulan Kelahiran Anjingnya, Pria di China Ditegur karena Dinilai Ganggu Ketertiban
Sarah juga menjelaskan bahwa aksennya cenderung memburuk saat ia terserang migrain, dan bahkan keluarganya sendiri perlahan menentangnya.
Menurutnya, banyak orang menganggap kondisinya “tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya”, dan menyangka aksennya hanya sebuah lelucon.
Namun, ketika pertama kali menyadari perubahannya, Sarah sendiri tidak langsung percaya.
“Awalnya saya tidak mengaitkannya dengan aksen tertentu. Saya hanya merasa berbicara tidak jelas. Baru setelah saya menemui ahli saraf di Newcastle, dan diminta membacakan sebuah pidato, saya mendengarkan rekamannya dan terkejut mendengar bagaimana suara saya terdengar,” katanya.
“Tapi aksen itu selalu berubah-ubah. Yang paling sering disebut adalah aksen Tiongkok, tapi orang-orang tidak bisa mengenali dengan pasti. Mereka hanya tahu itu bukan aksen lokal.”
Beberapa orang bahkan mengatakan aksennya terdengar seperti aksen Australia, Spanyol, atau Polandia.
Meski begitu, Sarah tetap berharap aksen aslinya, Plymothian, suatu hari akan kembali.
Saat menggambarkan 15 tahun terakhir hidupnya, ia berkata:
“Ini adalah perjalanan yang sangat sulit. Dukungan yang saya dapatkan sangat minim karena kondisi ini begitu langka," katanya.
“Kalau bukan karena suami dan saudara perempuan saya, saya rasa saya tidak akan berada di sini hari ini.”
Mengenal Foreign Accent Syndrome (FAS)
Mengutip clevelandclinic.org, sindrom aksen asing (Foreign Accent Syndrome atau FAS) adalah kondisi ketika cara bicara seseorang berubah secara tiba-tiba dan terdengar sangat berbeda.
Seperti namanya, orang yang mengalaminya terdengar seolah-olah mulai berbicara dengan aksen asing di telinga orang lain.
FAS bisa menjadi indikasi adanya gangguan pada fungsi otak.
Meskipun penderita FAS terdengar seperti berbicara dengan aksen berbeda, perubahan ini sebenarnya terjadi karena pergeseran dalam cara mereka mengucapkan bunyi tertentu.
Pakar linguistik dan penutur asli aksen tersebut (atau aksen serupa) biasanya dapat menyadari bahwa aksen itu tidak sepenuhnya autentik atau sesuai dengan aksen manapun secara spesifik.
Jenis-Jenis Foreign Accent Syndrome
Ada dua jenis utama FAS:
- Struktural: FAS jenis ini muncul akibat kerusakan pada area otak yang mengendalikan otot-otot yang digunakan untuk berbicara.
- Fungsional: FAS jenis ini terjadi tanpa penyebab yang dapat dideteksi oleh tenaga medis.
Biasanya muncul setelah kejang, migrain, atau berkaitan dengan kondisi kesehatan mental yang menyebabkan aktivitas otak menjadi tidak teratur atau terlalu aktif di bagian tertentu.
Jenis ini juga dikenal sebagai FAS psikogenik, karena penyebabnya bukan bersifat fisik atau struktural.
Selain itu, ada dua subtipe lainnya:
- Campuran
Terjadi ketika seseorang mengalami FAS fungsional dan juga memiliki kelainan struktural yang tampaknya tidak berhubungan langsung dengan FAS.
- Perkembangan
Jenis ini terjadi pada individu neurodivergen, yaitu mereka dengan perbedaan dalam perkembangan atau aktivitas otak.
Seberapa Umumkah FAS?
FAS tergolong sangat langka.
Kondisi ini pertama kali dideskripsikan oleh ahli saraf Prancis, Pierre Marie, pada tahun 1907.
Sejak saat itu, hanya sekitar 100 kasus terkonfirmasi yang tercatat di seluruh dunia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.