Konflik Rusia Vs Ukraina
Kunjungan Pemimpin Eropa ke Kyiv: Ultimatum untuk Rusia
Di tengah ketegangan yang berkepanjangan, pernyataan dan tindakan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, semakin memperkeruh situasi.
TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia-Ukraina kini telah memasuki hari ke-1172, namun harapan untuk perdamaian masih tampak samar.
Di tengah ketegangan yang berkepanjangan, pernyataan dan tindakan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, semakin memperkeruh situasi.
Berikut adalah rangkuman peristiwa terbaru yang telah mengguncang dunia pada Minggu, 11 Mei 2025.
Putin Tolak Gencatan Senjata: Keinginan untuk Perdamaian yang Terhalang
Dalam sebuah langkah yang mengejutkan, Putin menolak seruan untuk gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan oleh Ukraina dan para pemimpin Eropa.
Gencatan senjata tersebut seharusnya mulai berlaku pada hari Senin, namun Moskow bersikeras tidak akan memenuhi ultimatum yang diberikan oleh Barat.
Sebagai gantinya, Putin menawarkan perundingan langsung dengan Kyiv yang dijadwalkan berlangsung di Istanbul pada Kamis mendatang.
Putin mengungkapkan, "Kami tidak mengesampingkan bahwa selama perundingan ini kami akan dapat menyetujui gencatan senjata baru." Namun, sikap ini tampak lebih sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian daripada suatu niat tulus untuk menciptakan perdamaian.
Keir Starmer: Rusia Sebagai Penghalang Perdamaian
Pernyataan menohok datang dari Pemimpin Oposisi Inggris, Keir Starmer, saat kunjungannya ke Kyiv.
Starmer menegaskan bahwa "hanya Rusia yang kini menjadi penghalang utama bagi terciptanya perdamaian." Dalam pernyataannya, ia menegaskan betapa komunitas internasional menunjukkan persatuan yang kuat dalam mendukung Ukraina menghadapi invasi Rusia.
"Jika Putin serius menginginkan perdamaian, ia bisa menunjukkannya dengan menyetujui gencatan senjata penuh tanpa syarat selama 30 hari," ungkapnya.
Starmer juga menambahkan bahwa Inggris bersama negara-negara lain termasuk Amerika Serikat mendesak Putin untuk menghentikan perang dan bekerja sama dalam mendukung stabilitas ekonomi Ukraina.
Kunjungan Bersejarah Pemimpin Eropa ke Kyiv
Dalam sebuah momen bersejarah, para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia melakukan kunjungan ke Kyiv untuk menyampaikan ultimatum tegas kepada Rusia.
Dalam pernyataan bersama mereka, para pemimpin tersebut menuntut agar Rusia segera menghentikan invasi ilegal ke Ukraina dan menyetujui gencatan senjata.
"Pertumpahan darah harus diakhiri. Rusia harus menghentikan invasi ilegalnya," bunyi pernyataan tersebut.
Kunjungan ini mencerminkan solidaritas yang semakin kuat dari negara-negara Eropa terhadap Ukraina yang tengah berjuang.
Serangan Udara Rusia: Krisis Kemanusiaan yang Kian Dalam
Sementara negosiasi dan ultimatum berkecamuk, serangan udara Rusia ke wilayah Ukraina terus berlanjut.
Dalam serangan terbaru yang terjadi pada Sabtu pagi, otoritas wilayah Sumy melaporkan bahwa tiga warga sipil tewas dan empat lainnya terluka.
Di Kherson, satu warga sipil kembali menjadi korban serangan drone Rusia.
Sejak 11 Maret, diperkirakan sedikitnya 117 warga sipil telah kehilangan nyawa dan lebih dari 1.000 lainnya terluka akibat serangan terus-menerus yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Ukraina.
Angka-angka ini mencerminkan betapa kerasnya dampak konflik ini bagi masyarakat sipil yang tidak bersalah.
Peluang untuk Perdamaian Masih Ada
Dengan penolakan Putin terhadap gencatan senjata, dan serangan yang terus berlanjut, situasi di Ukraina tetap di ambang kehancuran.
Namun, suara-suara dukungan dari pemimpin dunia dan rakyat Ukraina masih menunjukkan harapan akan kedamaian.
Apakah Rusia akan menanggapi panggilan untuk perdamaian?
Hanya waktu yang akan menjawab, sementara warga sipil terus menderita akibat konflik yang tak kunjung berakhir.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Presiden-Rusia-Vladimir-Putin-rr43324324324.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.