Selasa, 30 September 2025

China Andalkan J-10C untuk Saingi F-16 AS di Pasar Ekspor, Akankah Naga yang Kuat Tumbangkan Viper?

Para ahli Tiongkok mengklaim bahwa J-10C Vigorous Dragon buatannya dapat menyaingi F-16 Fighting Falcon buatan Amerika yang tangguh dalam pertempuran

Editor: Muhammad Barir
DSA/Tangkap Layar
JET BUATAN CHINA - Jet tempur generasi 4,5 Chengdu J-10C buatan China. Pesawat ini dilaporkan diterima oleh Angkatan Udara Mesir pada awal 2025. 


Jet tempur China dan AS tidak pernah bersaing secara langsung untuk mendapatkan kontrak ekspor. Satu-satunya saat F-16 menang atas tawaran jet China adalah di Argentina, ketika pemerintahan Javier Milei memilih F-16 Denmark yang sudah tidak digunakan lagi daripada JF-17 baru yang diproduksi bersama oleh China dan Pakistan. Itu adalah hasil lobi AS untuk mencegah pesawat tempur China berada di halaman belakang AS.

Namun, jika dugaan keberhasilan tempur J-10C terhadap Rafale terus mendominasi berita utama, jet tempur China tersebut mungkin akan menantang F-16V di pasar ekspor.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh EurAsian Times, Cina telah menawarkan J-10CE kepada Mesir, yang selama ini kesulitan dalam perawatan jet tempur F-16. Jika pemerintah Mesir memutuskan untuk membeli jet tempur Cina, itu akan menjadi kemenangan besar bagi Beijing. Perlu dicatat bahwa jet tempur FA-50 Korea adalah 'pesaing kuat' lainnya untuk kesepakatan Mesir.

China telah mempromosikan J-10C sebagai alternatif yang lebih baik terhadap F-16 Fighting Falcons AS dan Rafale Prancis, sebagian besarnya mengandalkan daya saing biayanya.

Diperkirakan seharga $40–50 juta per unit, J-10CE jauh lebih murah daripada pesawat sejenis buatan Barat. F-16V AS berharga $60–70 juta per unit, dengan biaya siklus hidup yang lebih tinggi karena perawatan dan ketergantungan pada rantai pasokan AS. 


Tiongkok sering mempermanis tawaran ekspornya dengan memberikan pembiayaan fleksibel dan transfer teknologi, yang menarik bagi negara-negara kurang kaya yang ingin melakukan modernisasi. Selain itu, peralatan militer Tiongkok sering kali memiliki batasan minimal dibandingkan dengan persenjataan AS.

Promosi ekspor China dapat memperoleh keuntungan dari lebih sedikit ikatan politik dibandingkan penjualan senjata AS, yang seringkali memerlukan pemantauan penggunaan akhir atau penyelarasan dengan kebijakan luar negeri AS.

China saat ini merupakan salah satu pemain global utama di pasar ekspor pesawat nirawak. Beberapa negara yang telah ditawari jet tempur enggan membeli karena dua alasan: pengaruh AS dan fakta bahwa persenjataan China belum teruji dalam pertempuran dibandingkan dengan platform yang ditawarkan oleh negara lain. Kendala kedua tampaknya sudah tidak menjadi kendala bagi Beijing sekarang.

J-10C Tiongkok vs F-16 AS

J-10C sering disamakan dengan varian F-16 Fighting Falcon AS yang ditingkatkan, dengan kedua pesawat diposisikan sebagai pesawat tempur generasi 4+.

Baik J-10C maupun F-16V adalah jet tempur multiperan bermesin tunggal. Mereka menggunakan sistem kendali penerbangan fly-by-wire yang menggunakan komputer untuk menjaga agar rangka pesawatnya sangat lincah dan tidak stabil secara aerodinamis.

J-10C ditenagai oleh mesin turbofan WS-10B yang dikembangkan di dalam negeri, yang menghasilkan daya dorong sebesar 135 kN dengan afterburner, sedangkan F-16V ditenagai oleh mesin General Electric F110-GE-129 atau Pratt & Whitney F100-PW-229, yang menghasilkan daya dorong sebesar 129 kN dengan afterburner.

Baik F-16V maupun J-10C dilengkapi radar Active Electronically Scanned Array (AESA) dan avionik yang sangat canggih. Kedua pesawat membawa berbagai macam amunisi. Misalnya, F-16 dapat dipersenjatai dengan AIM-9, AIM-7, AIM-120, JDAM, dll., sedangkan J-10C dapat dilengkapi dengan PL-8, PL-10, dan PL-15 jarak jauh, yang menawarkan kemampuan beyond-visual-range (BVR) yang kuat.

Beberapa laporan mengklaim bahwa pesawat tempur China tersebut mungkin memiliki kelincahan kecepatan rendah yang lebih unggul karena desain delta-canard dan dugaan pendorong vektor dorong yang belum terbukti. Namun, hal ini tidak dapat diverifikasi secara independen.

Kedua pesawat dilengkapi dengan sistem Perang Elektronik terintegrasi.

Beberapa laporan lain menunjukkan bahwa radar AESA China mungkin memiliki jangkauan yang sedikit lebih baik daripada F-16, dan desainnya mungkin memberikan pengurangan yang sedikit lebih baik dalam Radar Cross Section (RCS). Namun, hal ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved