Konflik Iran Vs Israel
Rudal Iran Guncang Israel, Kedubes AS hingga Kompleks Rumah Netanyahu Jadi Target Serangan
Rudal dan drone Iran menghancurkan area di sekitar kompleks Kedutaan Besar AS di Tel Aviv serta memporak-porandakan kompleks perumahan PM Netanyahu
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Febri Prasetyo
Sekitar 300 penduduk di Tel Aviv Raya dan 100 di Ramat Gan dievakuasi karena kerusakan di rumah mereka.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Israel mengklaim 287 orang dirawat di rumah sakit semalam akibat serangan tersebut.
Sebagian besar luka-lukanya ringan, hanya satu orang yang dalam kondisi serius, kata badan tersebut, menurut Times of Israel.
Serangan rudal Iran turut merusak ratusan bangunan komersial dan perumahan di Tel Aviv, Haifa, Bat Yam, dan Kiryat Gat.
Menurut Israel Builders Association, estimasi awal menunjukkan bahwa nilai kerugian properti telah mencapai lebih dari 270 juta dolar AS.
Kerusakan meliputi hotel, apartemen, pusat bisnis, serta beberapa fasilitas industri penting di Pelabuhan Haifa dan zona ekonomi di Negev.
Lebih lanjut, serangan Israel turut menyebabkan penutupan Bandara Ben-Gurion di Tel Aviv. Pihak berwenang menyatakan penutupan akan tetap dilakukan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Ekonomi Israel Terdampak
Jika serangan Israel terhadap Iran semakin membabi buta, ekonomi kedua negara itu diperkirakan akan sama-sama terdampak.
Secara umum, ekonomi Israel tampak lebih baik jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya pada kuartal IV-2024 sebesar 5,78 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan Iran yang hanya tumbuh 1,59 persen.
Namun, jika dilihat dari sisi jumlah utang terhadap produk domestik bruto (PDB), Israel punya persentase yang lebih tinggi atau 100 persen lebih besar dibandingkan Iran yang hanya 36,8 persen.
Bank of Israel melaporkan bahwa defisit fiskal mungkin akan meningkat menjadi 8 persen dari PDB pada akhir kuartal ketiga 2025, naik dari prediksi awal sebesar 2,3 persen.
Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan belanja militer mendadak dan program bantuan darurat untuk korban perang serta pemulihan infrastruktur.
Jika defisit tidak terkendali, Israel harus menutupi kekurangan tersebut dengan menjual obligasi, berutang ke luar negeri, atau mencetak uang baru, yang semuanya berisiko menurunkan nilai mata uang dan mempercepat inflasi.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.