Konflik Iran Vs Israel
Hizbullah Nyatakan Tidak Netral dalam Perang Israel dan Iran, Punya Tanggung Jawab Dukung Teheran
Dalam pernyataannya, Naim Qassem mengatakan Hizbullah tidak netral dalam konflik antara Israel dan Iran, akan mendukung Teheran.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan kelompok militan itu akan "bertindak sesuai keinginan kami" dalam menanggapi perang yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
Dalam pernyataannya, Naim Qassem mengatakan Hizbullah “tidak netral” dalam konflik antara Israel dan Iran.
Hizbullah diberitakan menderita kerugian besar dalam perang melawan Israel tahun lalu, yang berakhir dengan perjanjian gencatan senjata pada November 2024.
Naim Qassem menegaskan, Hizbullah akan “bertindak sesuai dengan apa yang kami anggap tepat dalam menghadapi agresi brutal Israel-Amerika ini.”
“Amerika yang tiran dan Israel yang kriminal tidak akan mampu menaklukkan rakyat Iran dan Korps Garda Revolusi Islam,” katanya, Kamis (19/6/2025), dikutip dari Al Arabiya.
Menurutnya, Hizbullah masih memiliki “tanggung jawab untuk mendukung Iran dan menyediakan segala bentuk dukungan yang berkontribusi untuk mengakhiri tirani dan penindasan ini.”
Kata AS
Pada Kamis, utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Suriah, Tom Barrack, memperingatkan Hizbullah agar tidak terlibat dalam perang antara Iran dan Israel.
Barrack, yang juga duta besar AS untuk Turki, sedang dalam kunjungan pertamanya ke Beirut, di mana ia bertemu dengan pejabat tinggi Lebanon termasuk ketua parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah.
"Saya dapat katakan atas nama Presiden (Donald) Trump, itu akan menjadi keputusan yang sangat, sangat, sangat buruk," kata Barrack setelah pertemuannya dengan Berri, menanggapi pertanyaan tentang apa posisi AS terkait keterlibatan Hizbullah dalam perang tersebut.
Ketika Israel menyerang Iran minggu lalu, Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan bahwa Israel “melanjutkan kontak-kontaknya” untuk menyelamatkan negara itu dari terseret ke dalam konflik apa pun.
Baca juga: Netanyahu: Israel Tak Minta Lampu Hijau dari AS untuk Serang Iran
Dalam pernyataan yang disampaikan oleh presiden Lebanon setelah pertemuannya dengan Barrack, Presiden Joseph Aoun mengatakan bahwa “komunikasi terus dilakukan untuk mencapai tujuan monopoli senjata di tingkat Lebanon dan Palestina, dan akan semakin intensif setelah stabilitas kembali di kawasan tersebut.”
Diketahui, berdasarkan perjanjian gencatan senjata November 2024, Hizbullah harus menarik kembali para pejuangnya ke utara sungai Litani, sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan Israel, sehingga hanya tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang boleh berada di daerah tersebut.
Sementara itu, Israel diharuskan untuk menarik pasukannya sepenuhnya tetapi tetap menempatkan mereka di lima lokasi di Lebanon yang dianggap “strategis”.
Setelah pertemuannya dengan Barrack, Perdana Menteri Nawaf Salam menyatakan “komitmen Lebanon terhadap pilihan keamanan dan stabilitas serta penolakan untuk terseret ke dalam perang yang sedang berlangsung di kawasan tersebut”.
Ia juga meminta utusan AS “untuk membantu Lebanon dalam menekan Israel agar menarik diri sepenuhnya dari wilayah Lebanon yang diduduki.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.