Konflik Palestina Vs Israel
Setelah Damai dengan Iran, Israel Dipaksa Trump untuk Segera Capai Kesepakatan dengan Hamas
Presiden AS, Donald Trump "memaksa" Israel untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas seperti Iran sebelumnya.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "memaksa" Israel untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Melalui Truth Social, Trump meminta Israel untuk segera menyelesaikan konflik di Gaza dan mengembalikan para sandera yang masih ditahan oleh Hamas.
Postingan tersebut muncul beberapa jam setelah Trump meminta jaksa Israel untuk kedua kalinya menutup kasus korupsi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu telah memberi tahu para mediator bahwa mereka siap untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata.
Namun, Hamas menegaskan kembali tuntutan kelompok itu bahwa kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan mengamankan penarikan diri Israel dari wilayah pesisir.
Sementara itu, salah seorang sumber yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kesepakatan gencatan senjata sangat mungkin segera terjadi.
"Presiden (Trump) bekerja keras untuk meyakinkan Israel bahwa waktunya sudah tepat, karena mereka sudah selesai dengan masalah Iran," katanya, dikutip dari Newsweek.
Orang tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk membahas masalah sensitif, menambahkan bahwa Trump juga mencari akhir yang langgeng bagi konflik ini, di luar periode gencatan senjata 60 hari yang diuraikan dalam proposal terbaru AS.
"Presiden jelas tidak hanya tertarik pada gencatan senjata selama 60 hari antara Israel dan Hamas," kata sumber itu.
"Ia berharap bahwa 60 hari itu akan menghasilkan resolusi, pembebasan semua sandera dan gencatan senjata permanen yang dapat mengarah pada negosiasi mengenai masa depan perjanjian damai Israel-Palestina," lanjutnya.
Saat dihubungi untuk memberikan komentar, juru bicara Gedung Putih merujuk Newsweek ke pernyataan Trump selama konferensi pers Jumat (27/6/2025) malam.
Baca juga: Israel Preteli Petinggi Hizbullah, Kali Ini Klaim Lenyapkan Perwira Intelijen Pasukan Elite Radwan
"Saya kira sudah dekat. Saya baru saja berbicara dengan beberapa orang yang terlibat. Dan ini adalah situasi yang mengerikan yang sedang terjadi di Gaza," kata Trump.
"Dan kami kira dalam minggu depan kita akan mencapai gencatan senjata," tegasnya.
Di sisi lain, Israel saat ini malah tengah mempertimbangkan untuk melakukan serangan terbarunya di Gaza.
Netanyahu dijadwalkan mengadakan diskusi tingkat tinggi dengan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz dan Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir.
Diskusi itu bertujuan untuk mengevaluasi langkah selanjutnya di Jalur Gaza, termasuk langkah-langkah potensial untuk memulai operasi militer yang lebih luas yang berbeda dari pelanggaran sebelumnya, menurut sumber pertahanan.
Jika negosiasi penyanderaan tidak menghasilkan terobosan dalam beberapa hari ke depan, IDF diperkirakan akan memulai operasi militer yang lebih luas.
Di dalam IDF, ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah akan terus maju secara militer atau menyatakan tujuan utama perang telah tercapai.
Pencapaian ini meliputi penghancuran infrastruktur militer Hamas, pembunuhan yang ditargetkan terhadap komandan senior, kecuali Komandan Brigade Kota Gaza Izz al-Din al-Haddad, yang masih menjadi target IDF dan Shin Bet (Badan Keamanan Israel), pembongkaran terowongan dan sistem persenjataan, dan perebutan lebih dari separuh wilayah di Jalur Gaza.
Dikutip dari The Jerusalem Post, Israel juga telah memblokir rute penyelundupan utama dari Semenanjung Sinai dan Mediterania.
Penilaian IDF menunjukkan bahwa Hamas telah mencapai titik terlemahnya sejak mengambil alih Gaza pada tahun 2007, yang memaksanya untuk mengalihkan fokusnya dari medan perang ke arena diplomatik.
Merenungkan perang 12 hari terakhir antara Israel dan Iran, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan, "Operasi di Iran mengajarkan Hamas bahwa seseorang juga harus tahu kapan harus mengakhiri pertempuran."
Meskipun demikian, beberapa perwira tinggi meyakini manuver darat berskala besar tetap diperlukan.
Tindakan semacam itu kemungkinan akan mengakibatkan pengungsian warga sipil terbesar sejak perang dimulai.
Sumber militer mengatakan rencana sedang dibahas untuk mengevakuasi warga Gaza dari daerah-daerah penting.
Baca juga: AS Tekor: Rudal THAAD Ludes, Duit Rp19 Triliun Melayang demi Lindungi Israel dari Gempuran Iran
Mereka mencatat bahwa, dalam kondisi Hamas yang saat ini melemah, evakuasi massal dapat mengubah sentimen publik di Gaza terhadap kepemimpinan kelompok tersebut.
Namun, mereka memperingatkan bahwa peperangan perkotaan di lingkungan yang dijaga ketat dan penuh terowongan akan mengakibatkan banyaknya korban dari pihak IDF.
Menurut pejabat militer, skenario ini akan memerlukan pengerahan lima divisi yang berawak penuh, berbeda dengan pengerahan sebagian yang digunakan sebelumnya dalam operasi tersebut.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.