Rabu, 20 Agustus 2025

Konflik Hamas Vs Israel

48 Perusahaan Diduga Bantu Israel Lakukan Genosida di Gaza, Mulai dari Amazon hingga IBM

PBB merilis laporan yang menyebutkan bahwa 48 perusahaan diduga membantu Israel dalam perang genosida di Gaza. Berikut adalah Perusahaan yang diduga

|
Penulis: Falza Fuadina
Editor: Febri Prasetyo
Yedioth Ahronoth
SERANGAN ISRAEL - Situasi di kawasan Shijaiyah di Jalur Gaza setelah diserang Israel pada hari Rabu, 9 April 2025. 

Berkantor pusat di Seattle, Washington, Amerika Serikat, Amazon mempekerjakan sekitar 1,5 juta orang di seluruh dunia.

Perusahaan ini juga termasuk dalam kelompok “Big Five” teknologi Amerika Serikat, bersama dengan Apple, Microsoft, Google (Alphabet), dan Meta.

7. IBM

IBM, singkatan dari International Business Machines Corporation, merupakan salah satu perusahaan teknologi paling bersejarah dan berpengaruh di dunia.

Pada abad ke-20, IBM dikenal sebagai pelopor dalam pengembangan komputer bisnis dan sistem mainframe.

Perusahaan ini juga dikenal sebagai penyedia solusi teknologi penting bagi sektor pemerintahan, korporasi besar, dan institusi publik.

Didirikan pada tahun 1911 dengan nama awal Computing-Tabulating-Recording Company (CTR), perusahaan ini resmi berganti nama menjadi IBM pada 1924.

IBM didirikan oleh Charles Ranlett Flint, bermarkas di Armonk, New York, Amerika Serikat, dan kini memiliki sekitar 280.000 karyawan di seluruh dunia.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa perusahaan IBM bertanggung jawab untuk melatih personel militer dan intelijen serta mengelola basis data pusat Otoritas Penduduk, Imigrasi, dan Perbatasan Israel (PIBA) yang menyimpan data biometrik warga Palestina.

8. Palantir Technologies

Palantir Technologies merancang perangkat lunak yang memungkinkan integrasi, analisis, dan visualisasi data berskala besar, yang banyak dimanfaatkan oleh institusi pemerintahan, militer, serta korporasi global.

Perusahaan ini memainkan peran strategis dalam penyediaan teknologi data untuk sektor pertahanan, keamanan nasional, dan industri multinasional. Dengan keahlian di bidang analitik data besar, kecerdasan buatan, dan aplikasi real-time, Palantir semakin menunjukkan relevansinya di tengah dinamika digital dan geopolitik global.

Sebagai bagian dari komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi, Palantir memilih untuk tidak menjual teknologinya ke rezim otoriter.

Perusahaan Palantir didirikan oleh Peter Thiel, Nathan Gettings, Joe Lonsdale, Stephen Cohen, dan Alex Karp pada 2003.

Perusahaan yang memiliki 3 ribu karyawan ini berkantor pusat di Denver, Colorado, Amerika Serikat.

Sebuah laporan juga mengungkap bahwa sejak dimulainya konflik di Gaza pada Oktober 2023, Palantir meningkatkan dukungannya terhadap militer Israel melalui penggunaan platform perangkat lunaknya.

(Tribunnews.com/Falza/Hasanudin Aco)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan