Selasa, 19 Agustus 2025

Mengapa semakin banyak anak muda Rusia bergabung dengan kelompok Neo-Nazi?

Kekerasan dan aksi bermotif politik neo-Nazi menandai tren yang sedang bertumbuh di Rusia. Apa pemicunya?

BBC Indonesia
Mengapa semakin banyak anak muda Rusia bergabung dengan kelompok Neo-Nazi? 

Akhir tahun lalu, di Kota Kostroma, Rusia, seorang remaja ditembak pada bagian wajah dengan pistol suar (flare gun) dalam perjalanan pulang dari pemutaran film mengenai aktivis sayap kiri.

Serangan ini diduga dilakukan oleh anggota kelompok Neo-Nazi lokal yang menyebut diri mereka sebagai Made With Hate (Dibuat dengan Kebencian).

Kekerasan dan aksi bermotif politik ini menandai tren yang sedang bertumbuh di Rusia.

Meski Kremlin berulang kali menegaskan bahwa invasi ke Ukraina merupakan pertarungan melawan "Nazi," di Rusia sendiri kekerasan yang dilakukan Neo-Nazi bertumbuh pesat.

Menurut Sova Center, organisasi di Moskow yang memantau kejahatan kebencian (hate crimes), serangan kelompok ekstrem kanan di Rusia meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Tren ini mengemuka setelah penurunan angka kejahatan sepanjang 10 tahun terakhir. Kebanyakan pelaku berusia kurang dari 16 tahun.

Gelombang ekstremisme baru ini berakar pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Namun, tingkat kebrutalan dan aksi pembunuhan belum mencapai taraf paling ekstrem tatkala Uni Soviet runtuh. Saat itu, ratusan serangan terjadi setiap tahun.

Waktu itu, kekerasan dipicu oleh penyebaran literatur ekstrem melalui jalur bawah tanah.

Kini, banyak anak muda Rusia menemukan dan menyebarkan ideologi ekstrem kanan di ruang digital melalui platform media sosial seperti Telegram dan TikTok, yang sering kali sulit dijangkau oleh pihak keamanan.

Grafiti dalam bentuk swastika

Di Kostroma, kota yang dihuni sekira 264.000 orang dekat Sungai Volga di bagian barat Rusia, sekelompok remaja memulai komunikasi melalui aplikasi Telegram pada awal 2024.

Sebelumnya, perbincangan di kelompok ini berfokus pada pengaturan perjalanan untuk menonton sepakbola atau pertemuan biasa.

Tapi kelompok lalu ini mulai berkoordinasi membuat grafiti dengan lambang swastika dan simbol-simbol ekstrem kanan di seluruh kota, kata seorang mantan anggotanya, Anton, kepada BBC. Anton bukan nama sebenarnya, saat itu berusia 17 tahun.

Remaja-remaja ini menyebut kelompoknya sebagai Made with Hate.

Pada musim panas tahun lalu, mereka mulai melakukan kekerasan fisik.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan