Konflik Iran Vs Israel
Pangkalan Militer AS di Irak Kembali Diserbu Drone Asing, Sinyal Perang Baru di Timteng?
Timur Tengah kembali tegang usai drone bermuatan bahan peledak meluncur ke Bandara Internasional Arbil, yang menjadi markas pasukan pimpinan AS
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah drone bermuatan bahan peledak meluncur ke Bandara Internasional Arbil, wilayah semi-otonom Kurdistan yang menampung pasukan koalisi anti-jihadis pimpinan AS.
Menurut laporan Dinas kontraterorisme wilayah Kurdistan, serangan drone yang terjadi pada malam hari itu berhasil ditangkis tanpa menimbulkan korban jiwa.
“Pukul 9:58 malam, sebuah pesawat tanpa awak (drone) berisi bahan peledak ditembak jatuh di dekat Bandara Internasional Arbil, tanpa menimbulkan korban atau kerusakan,” kata dinas kontraterorisme Kurdistan, mengutip The Times of Israel.
“Semua personel AS berhasil ditemukan dan tidak ada yang terluka atau mengalami kerusakan di pangkalan maupun aset AS di area tersebut,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Arbil adalah ibu kota wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak utara.
Wilayah ini dikenal relatif stabil dibanding bagian lain Irak, namun juga menjadi markas penting pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat yang beroperasi dalam misi kontraterorisme.
Khususnya untuk menekan kebangkitan kelompok ISIS dan jaringan ekstremis lainnya.
Bandara Arbil sendiri menampung pangkalan militer koalisi, menjadikannya target simbolis dan strategis bagi kelompok yang ingin menentang kehadiran militer asing di wilayah Irak.
Para analis menilai bahwa serangan ini kemungkinan besar berkaitan erat dengan konflik tidak langsung (proxy war) antara Iran dan Amerika Serikat.
Mengingat sebelumnya telah terjadi ketegangan antara dua negara setelah perang 12 hari antara Iran dan Israel, di mana Teheran juga membalas dengan rudal ke sejumlah pangkalan militer AS di Irak.
Hingga kini, belum ada kelompok yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Arbil.
Baca juga: Baghdad Mencekam! Irak Perketat Keamanan di Kedutaan AS usai Serangan ke Pangkalan Taji
Namun, intelijen AS dan Irak diyakini sedang menyelidiki keterlibatan jaringan milisi pro-Iran, seperti Kataib Hezbollah, Asaib Ahl al-Haq, atau faksi dalam Hashed al-Shaabi.
Ini lantaran kelompok bersenjata di atas telah berkali-kali menyerang pangkalan militer AS dengan modus dan pola yang konsisten, menggunakan drone rakitan atau rudal jarak pendek.
Gelombang Serangan Drone di Irak Bukan Kali Pertama
Serangan tersebut menambah panjang daftar serangan drone dan rudal yang belakangan menghantam fasilitas militer dan infrastruktur strategis di Irak.
Sejak 2021, pangkalan-pangkalan tersebut telah menjadi sasaran lebih dari 100 kali serangan menggunakan drone, roket, dan mortir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.