Konflik Iran Vs Israel
Trump Batalkan Pelonggaran Sanksi, AS Hantam Ekspor Minyak Iran dengan Hukuman Baru
Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor energi Iran pada hari Kamis (3/7/2025).
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor energi Iran.
Ini menandai tindakan hukuman pertama terhadap ekspor minyak Teheran sejak gencatan senjata antara Iran dan Israel yang didukung AS mulai berlaku pada 24 Juni lalu.
Sanksi yang diumumkan pada Kamis (3/7/2025) menargetkan individu dan perusahaan yang diduga membantu menyelundukpkan minyak Iran ke pasar global.
Salah satu tokoh utama yang menjadi sasaran adalah Salim Ahmad Said yang merupakan seorang pengusaha asal Irak serta perusahaannya yang berbasis di Uni Emirat Arab.
Washington menuduh mereka mencampur minyak Iran dengan minyak mentah Irak untuk menyamarkan asal-usulnya dan menghindari sanksi.
"Perilaku Iran telah menghancurkannya. Meskipun Iran memiliki banyak kesempatan untuk memilih perdamaian, para pemimpinnya telah memilih ekstremisme," kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
Bessent mengatakan bahwa ia tak ragu untuk terus memberikan sanski pada Iran dalam menekan ekonomi negara tersebut apabila terdapat adanya pelanggaran.
"Departemen Keuangan akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan mengintensifkan tekanan ekonomi untuk mengganggu akses rezim terhadap dana yang digunakan untuk mendanai aksi destabilisasi," tambahnya.
Janji Pelonggaran yang Dibatalkan
Presiden AS Donald Trump sempat memberi sinyal akan mencabut sebagian sanksi, termasuk membuka kemungkinan bagi China untuk membeli minyak dari Iran.
Namun, pernyataan kemenangan dari Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei atas Israel mengubah sikap Trump secara drastis.
Baca juga: Iran Umumkan Buka Kembali Wilayah Udaranya setelah Perang dengan Israel, Simak Bandara yang Dibuka
Dalam unggahan di media sosial minggu lalu, Trump menyatakan bahwa ia "segera menghentikan semua pekerjaan untuk meringankan sanksi."
Ia juga mengklaim telah mencegah Israel membunuh Khamenei, menyelamatkan pemimpin Iran itu dari "kematian yang sangat buruk"
Pernyataan tersebut memicu respons dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang mengakui ada rencana pembunuhan Khamenei, namun membantah adanya "peluang operasional" untuk melaksanakannya.
Ketegangan terus meningkat sejak Israel meluncurkan serangan udara terhadap Iran pada 13 Juni lalu tanpa provokasi langsung.
Serangan tersebut menewaskan ratusan warga Iran, termasuk sejumlah pejabat militer tinggi dan warga sipil.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.