Selasa, 26 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Trump Batalkan Pelonggaran Sanksi, AS Hantam Ekspor Minyak Iran dengan Hukuman Baru

Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor energi Iran pada hari Kamis (3/7/2025).

whitehouse.gov
DONALD TRUMP - Foto ini diambil dari laman whitehouse.gov pada Jumat (4/7/2025) yang menampilkan Presiden Trump menyampaikan pidato di sebuah acara tentang “One Big Beautiful Bill Act”. Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor energi Iran pada hari Kamis (3/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor energi Iran.

Ini menandai tindakan hukuman pertama terhadap ekspor minyak Teheran sejak gencatan senjata antara Iran dan Israel yang didukung AS mulai berlaku pada 24 Juni lalu.

Sanksi yang diumumkan pada Kamis (3/7/2025) menargetkan individu dan perusahaan yang diduga membantu menyelundukpkan minyak Iran ke pasar global.

Salah satu tokoh utama yang menjadi sasaran adalah Salim Ahmad Said yang merupakan seorang pengusaha asal Irak serta perusahaannya yang berbasis di Uni Emirat Arab.

Washington menuduh mereka mencampur minyak Iran dengan minyak mentah Irak untuk menyamarkan asal-usulnya dan menghindari sanksi.

"Perilaku Iran telah menghancurkannya. Meskipun Iran memiliki banyak kesempatan untuk memilih perdamaian, para pemimpinnya telah memilih ekstremisme," kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.

Bessent mengatakan bahwa ia tak ragu untuk terus memberikan sanski pada Iran dalam menekan ekonomi negara tersebut apabila terdapat adanya pelanggaran.

"Departemen Keuangan akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan mengintensifkan tekanan ekonomi untuk mengganggu akses rezim terhadap dana yang digunakan untuk mendanai aksi destabilisasi," tambahnya.

Janji Pelonggaran yang Dibatalkan

Presiden AS Donald Trump sempat memberi sinyal akan mencabut sebagian sanksi, termasuk membuka kemungkinan bagi China untuk membeli minyak dari Iran

Namun, pernyataan kemenangan dari Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei atas Israel mengubah sikap Trump secara drastis.

Baca juga: Iran Umumkan Buka Kembali Wilayah Udaranya setelah Perang dengan Israel, Simak Bandara yang Dibuka

Dalam unggahan di media sosial minggu lalu, Trump menyatakan bahwa ia "segera menghentikan semua pekerjaan untuk meringankan sanksi." 

Ia juga mengklaim telah mencegah Israel membunuh Khamenei, menyelamatkan pemimpin Iran itu dari "kematian yang sangat buruk"

Pernyataan tersebut memicu respons dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang mengakui ada rencana pembunuhan Khamenei, namun membantah adanya "peluang operasional" untuk melaksanakannya.

Ketegangan terus meningkat sejak Israel meluncurkan serangan udara terhadap Iran pada 13 Juni lalu tanpa provokasi langsung. 

Serangan tersebut menewaskan ratusan warga Iran, termasuk sejumlah pejabat militer tinggi dan warga sipil. 

AS kemudian ikut serta dengan menghantam tiga fasilitas nuklir Iran.

Iran membalas dengan serangan rudal terhadap target Israel dan pangkalan udara AS di Qatar. 

Trump kemudian mengklaim bahwa serangan udara AS telah “menghancurkan” infrastruktur nuklir Iran.

Pentagon menyatakan pada Rabu bahwa operasi pengeboman AS telah menunda program nuklir Iran antara satu hingga dua tahun. 

Namun, lokasi pasti persediaan uranium yang diperkaya tinggi milik Iran masih belum diketahui.

Sementara itu, Iran merespons dengan menyetujui undang-undang yang menghentikan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), setelah badan PBB itu gagal mengutuk serangan yang dilakukan AS dan Israel. 

Langkah ini mengundang kecaman dari AS dan negara-negara Eropa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyatakan bahwa Iran saat ini melakukan kontak tidak langsung dengan AS melalui Oman dan Qatar. 

Ia menegaskan bahwa diplomasi tidak boleh digunakan sebagai “alat penipuan atau perang psikologis.”

Baghaei juga menyatakan bahwa Teheran merasa dikhianati oleh pendekatan diplomatik yang selama ini ditempuhnya.

Ironisnya, hanya beberapa jam sebelum Israel melancarkan serangan bulan lalu, Trump menegaskan kembali komitmennya pada jalur diplomatik. 

Ia bahkan menyatakan akan menunda keputusan bergabung dalam perang selama dua minggu agar memberi ruang bagi pembicaraan antara Iran dan negara-negara Eropa.

Menurut laporan Axios, AS dan Iran diperkirakan akan memulai kembali pembicaraan mengenai program nuklir Iran minggu depan di Oslo, Norwegia.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Iran vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan