Konflik Palestina Vs Israel
Manut Usulan AS, Netanyahu Kirim Tim ke Qatar untuk Rundingkan Gencatan Senjata Gaza
Netanyahu mengirim tim negosiator ke Qatar pada Minggu ini untuk menggelar pembicaraan tidak langsung terkait gencatan senjata dengan kelompok Hamas
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel bersiap untuk mengirim tim negosiator ke Qatar pada Minggu ini, untuk menggelar pembicaraan tidak langsung dengan kelompok Hamas.
Hal ini disampaikan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu usai Presiden AS Donald Trump menekan Israel dan Hamas agar segera menggelar pembicaraan gencatan senjata.
“Perdana Menteri menginstruksikan tim negosiator untuk menerima undangan pembicaraan intensif,” demikian pernyataan resmi kantor Netanyahu, dilansir Al Jazeera.
Meski PM Netanyahu belum menyatakan persetujuan terhadap gencatan senjata permanen dengan Hamas.
Namun, Israel tetap mengirim tim negosiator ke Qatar pada hari Minggu, untuk melakukan pembicaraan tidak langsung dengan kelompok militan Hamas.
Bocoran Isi Gencatan Senjata
Hamas maupun Israel belum mengungkapkan secara rinci isi proposal yang disponsori Amerika Serikat dan disampaikan melalui perantara Qatar dan Mesir.
Namun mengutip Times of Israel, pembicaraan yang akan dibahas di antaranya terkait pembebasan sekitar 50 sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Dari jumlah tersebut, 20 diyakini masih hidup dan 28 telah dikonfirmasi tewas, sementara nasib dua lainnya belum diketahui.
Tak hanya itu, Hamas dan Israel bakal membahas kemungkinan gencatan senjata selama 60 hari sebagai langkah awal menuju perundingan damai yang lebih luas.
Baca juga: Netanyahu di Ultimatum Belasan Menteri Israel, Didesak Segera Caplok Tepi Barat
Gencatan ini akan mencakup penghentian semua serangan udara dan darat oleh Israel, serta larangan peluncuran roket oleh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya di Gaza.
Gencatan juga bertujuan menciptakan ruang aman untuk penyaluran bantuan kemanusiaan, dan untuk memulai kembali aktivitas sipil di Gaza yang lumpuh akibat pertempuran.
Lebih lanjut, keduanya turut membahas rencana penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang disalurkan melalui mekanisme internasional yang dikelola oleh PBB dan organisasi kemanusiaan independen.
Dalam kesempatan tersebut, Hamas menuntut agar pasukan militer Israel (IDF) ditarik kembali ke posisi sebelum gencatan senjata terakhir yang runtuh pada Maret 2025.
Permintaan ini mencakup pengosongan wilayah tertentu di Gaza tengah dan utara.
Namun, Israel keberatan karena menganggap posisi militer mereka saat ini vital untuk mencegah kembalinya kekuatan tempur Hamas.
Menurutnya, penempatan pasukan dan zona kendali menjadi titik ketegangan yang sulit untuk dikompromikan.
“Kami menerima perubahan yang diajukan Hamas terhadap proposal Qatar tadi malam, namun Israel tidak menyetujuinya,” demikian pernyataan Kantor Perdana Menteri Israel pada Sabtu (5/7/2025).
Pertempuran Masih Berlangsung di Gaza
Hingga kini, Netanyahu belum memberikan lampu hijau untuk gencatan senjata permanen.
Ia tampak berhitung secara hati-hati, berupaya menyeimbangkan tekanan dari mitra internasional, desakan keluarga sandera, dan ancaman politik dari dalam pemerintahannya sendiri.
Baca juga: Netanyahu Teriaki Kepala Staf IDF Eyal Zamir, Cek-cok soal Rencana Israel di Jalur Gaza
Meski negosiasi diplomatik sedang berlangsung, situasi di lapangan tetap memanas. Israel kembali memperluas operasi militernya di Jalur Gaza.
Badan pertahanan sipil Gaza menyebut, operasi militer Israel di Gaza menewaskan 32 orang di seluruh wilayah yang dilanda perang pada hari ini.
Hal tersebut, turut dikonfirmasi juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, yang mengatakan bahwa serangan Israel hari ini telah menewaskan sejumlah korban termasuk delapan orang dalam dua serangan terhadap sekolah-sekolah di Kota Gaza.
Bassal juga melaporkan bahwa delapan orang tewas oleh tembakan Israel di dekat pusat distribusi bantuan di Gaza selatan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.