Rabu, 17 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Tak Terima Disebut Egois setelah AS-Israel Tarik Tim dari Doha

Hamas tak terima disebut egois dalam negosiasi perjanjian gencatan senjata setelah AS menarik timnya dari perundingan di Doha, Qatar.

Editor: Nuryanti
Telegram Brigade Al-Qassam
ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Jumat (15/3/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berpatroli dengan kendaraan dan senjatanya selama pertukaran tahanan gelombang ke-6 pada Sabtu (15/2/2025). Pada 25 Juli 2025, Hamas tidak diterima disebut egois setelah AS dan sekutunya, Israel, menarik tim dari perundingan di Doha, Qatar. 

Selain itu, 89 jenazah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, sementara 453 orang terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 14.498 dalam serangan Israel, lapor Anadolu Agency.

Hamas

Harakat al-Muqawama al-Islamiya atau Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) adalah kelompok bersenjata Palestina yang dibentuk pada tahun 1987 di Jalur Gaza.

Hamas didirikan oleh seorang imam, Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya Abdul Aziz al-Rantisi.

Gerakan ini awalnya dibentuk dari cabang organisasi Islam, Ikhwanul Muslimin, di Mesir.

Kelompok ini dibentuk setelah dimulainya intifada pertama yaitu pemberontakan melawan pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

Hamas kemudian menciptakan sayap militer bernama Brigade Al-Qassam, untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel.

Mereka terjun ke dunia politik dan berkuasa di Gaza sejak tahun 2007 setelah perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas, dikutip dari Al Jazeera.

Fatah adalah salah satu faksi di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dibentuk oleh Liga Arab pada tahun 1946 untuk mewakili Palestina di kancah internasional.

Fatah dikepalai oleh Yasser Arafat, yang menjadi presiden Palestina pertama dan pemimpin PLO pada tahun 1960-2004.

Selama kepemimpinan Yasser Arafat, PLO berupaya mengakui Israel dan ingin mewujudkan perdamaian melalui Perjanjian Oslo I pada tahun 1993 dan Perjanjian Oslo II tahun 1995.

Yasser Arafat dari PLO dan Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin menandatangani Perjanjian Oslo II pada 4 November 1995 di AS.

Namun, perjanjian tersebut kian tenggelam setelah pembunuhan Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin.

Dampak dari perjanjian yang tidak rampung tersebut telah memperpanjang pendudukan Israel di Tepi Barat, mengontrol sebagian besar wilayah Palestina di sana serta melakukan pengepungan terhadap Jalur Gaza.

Berbeda dengan PLO, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel tetapi menerima negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 sebelum perang Arab melawan Israel.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan