Top Rank
10 Pesawat Tempur Buatan Amerika yang Sulit Diterbangkan, Pilot Wajib Punya Keahlian Khusus
Tidak semua pesawat tempur diciptakan dengan kemudahan kendali, beberapa justru dikenal sangat sulit diterbangkan, karena berbagai faktor
Helikopter serang ini sangat kompleks dan penuh sistem canggih seperti sensor malam dan navigasi digital
Apache berkursi tandem ini dijuluki "tank terbang" karena lapis bajanya yang mengesankan, termasuk meriam otomatis 30mm M230A1 Hughes, rudal anti-lapis baja, dan roket Hydra-70 2,75 inci
Pesawat ini dirancang dengan ruang di antara dua mesin turboshaft General Electric T700, yang mengurangi kemungkinan keduanya terkena tembakan saat penyerangan.
Bilah rotornya akan tetap beroperasi meskipun rusak, dan lapisan pelindungnya akan menangkis hantaman peluru 23 mm
Pesawat berteknologi canggih ini membutuhkan bakat dan keterampilan agar dapat terbang dengan sukses
Mantan pilot Korps Udara Angkatan Darat Inggris, Ed Macy, yang menerbangkan Apache selama lima tahun bersama Korps Udara Angkatan Darat Inggris sebagai pilot, kapten, dan komandan penerbangan, menyebut helikopter ini sebagai "pemburu-pembunuh tercanggih di dunia."
Kualifikasi penerbangan mengharuskan penyelesaian kursus intensif Apache selama 18 bulan yang telah membuat pilot dan instruktur paling berpengalaman pun ering kali kesulitan mengoperasikannya.
8. Vought F7U Cutlass
Jet tanpa ekor ini memiliki banyak kekurangan teknis, mulai dari sistem hidrolik bocor, mesin kurang bertenaga, hingga pendaratan di kapal induk sangat berisiko.
Tanpa ekor, sayap lebar yang menyapu dengan luas total 496 kaki persegi sekitar 4,2 meter persegi, hampir sama panjangnya dari ujung depan hingga ujung belakang seperti dari badan pesawat hingga ujung.
Membuatnya sulit untuk jet berhenti dengan kecepatan tinggi di dek penerbangan sepanjang sekitar 500 kaki dengan mengaitkan kait ekor pada salah satu dari empat kabel penahan
David Tussey, mantan Penerbang Angkatan Laut AS, berkomentar, "F7U Cutlass, dirancang dengan sangat buruk dan memiliki mesin yang sangat buruk, sehingga hampir mustahil untuk mendaratkannya di kapal induk."
Pada tahun 1957, setelah 55.000 jam terbang kumulatif, Cutlass mencatat kecelakaan terbanyak di antara semua pesawat tempur sayap menyapu Angkatan Laut dengan 78 kecelakaan, dan seperempat badan pesawat hilang.
9. Pesawat tempur North American F-86 Sabre
Jet era Perang Korea ini menjadi titik dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu pesawat tempur terbaik dalam Perang Korea, dan menjadi titik transisi ke pesawat jet.
Pesawat ini dibangun dan diterbangkan pada masa transisi pesawat militer dari baling-baling ke mesin jet, sehingga desainnya sulit bagi para insinyur dan penerbangannya menjadi tantangan tersendiri bagi pilot.
Pilot jet menjalani pelatihan intensif, harus memiliki refleks secepat kilat, dan mampu menahan gaya gravitasi tinggi yang dihasilkan selama manuver kecepatan tinggi.
Selain belajar menerbangkan jet selama Perang Korea, para pilot menghadapi tantangan beradaptasi dengan kekhasan F-86 Sabre.
Pesawat ini dibangun dan diterbangkan pada masa transisi pesawat militer dari baling-baling ke mesin jet, sehingga desainnya sulit bagi para insinyur dan penerbangannya menjadi tantangan tersendiri bagi pilot.
Pesawat ini memiliki fitur desain yang unik, termasuk sayap yang menyapu dan ekor yang dapat terbang sepenuhnya atau stabilizer pesawat yang dapat digerakkan sepenuhnya.
Jet ini tidak memiliki bilah-bilah di bagian depan yang memungkinkan sayap beroperasi pada sudut serang yang lebih tinggi.
F-86 Sabre cenderung berputar berlebihan saat lepas landas, sebuah cacat kinerja yang mengakibatkan tingginya tingkat kecelakaan.
10. Pesawat tempur Lockheed P-38 Lightning
Sebagian besar sejarawan militer sepakat bahwa Lockheed P-38 Lightning adalah salah satu pesawat tempur Amerika paling sukses dalam Perang Dunia II.
Ditenagai oleh dua mesin putar balik Allison V-1710-89/91, yang masing-masing menghasilkan 1.475 tenaga kuda, pesawat tempur ini mencapai kecepatan maksimum sekitar 650 km per jam, dengan jangkauan 724 km dalam kondisi terbang rata-rata.
Dengan mesin tersebut, pesawat berkursi tunggal dengan ukuran panjang 11,2 meter, tinggi 3,6 meter, dan lebar sayap 15,8 meter dapat terbang dengan berat lepas landas maksimum hingga 9.7 ton.
Para pilot militer menyatakan bahwa karakteristik penerbangan P-38 Lightning serupa dengan pesawat tempur bermesin tunggal berperforma tinggi lainnya.
Namun, pelatihan untuk menggunakan pesawat ini membutuhkan waktu dua kali lebih lama untuk dikuasai.
Lebih lanjut, para pilot mengklaim bahwa menerbangkan P-38 menjadi lebih sulit, bahkan lebih berbahaya ketika persenjataan di bawah sayap ditambahkan.
(mg/Ahmad Dhonan Rosyidin) (Tribunnews.com)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.