Konflik Palestina Vs Israel
Keluarga Sandera Israel Bertemu Utusan AS di Tel Aviv, Desak Akhiri Perang Gaza dan Bebaskan Sandera
Dalam pertemuan dengan Utusan Khusus AS Steve Witkoff, keluarga para sandera mengajukan akhiri perang di Gaza dan pulangkan sandera.
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah derita berkepanjangan rakyat Gaza dan kebuntuan diplomatik yang terus berlanjut, ratusan warga Israel berkumpul di pusat Tel Aviv akhir pekan lalu.
Ratusan warga Israel menyuarakan desakan kepada pemerintah mereka: akhiri perang di Gaza, bebaskan para sandera, dan pulihkan kemanusiaan.
Pertemuan ini terjadi pada Sabtu (2/8/2025), hampir 22 bulan sejak agresi militer Israel terhadap Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel telah menyebabkan kehancuran luas dan krisis kemanusiaan yang mendalam.
Sementara itu, dari 251 sandera yang dibawa oleh Hamas saat serangan awal, sekitar 49 orang diyakini masih berada di Gaza, dan 27 di antaranya diduga telah meninggal, menurut data militer Israel.
Dalam pertemuan tertutup dengan Utusan Khusus AS Steve Witkoff, keluarga para sandera mengajukan permohonan dengan suara serempak: akhiri perang dan pulangkan orang-orang yang mereka cintai.
“Pemerintah Israel tidak akan menghentikannya secara sukarela. Mereka menolak melakukannya,” ujar Yotam Cohen, saudara dari sandera Nimrod Cohen, dikutip dari al-Monitor.
“Pemerintah Israel harus dihentikan. Demi kami, demi tentara kami, demi sandera kami, demi putra-putra kami, dan demi generasi mendatang semua orang di Timur Tengah," tambahnya.
Witkoff disambut dengan tepuk tangan dari kerumunan pengunjuk rasa, dan sorakan emosional, seperti “Bawa mereka pulang!" dan “Kami butuh bantuanmu!”.
Beberapa di antara mereka bahkan membawa foto anak-anak Gaza yang terluka, sebagai simbol bahwa perang ini menyandera dua belah pihak, secara fisik dan moral.
Krisis Kemanusiaan yang Memburuk
Baca juga: Hamas Tolak Klaim Siap Melucuti Senjata, Kecam Kunjungan Utusan AS ke Gaza
Sementara keluarga sandera menyerukan perdamaian, kondisi di Jalur Gaza terus memburuk.
Dalam kunjungan ke salah satu pusat distribusi bantuan di Rafah sehari sebelumnya, Witkoff dan Duta Besar AS Mike Huckabee menyaksikan betapa sulitnya warga Palestina mengakses makanan dan kebutuhan dasar.
GHF, lembaga bantuan yang didukung AS dan Israel, mengaku membagikan satu juta porsi makanan per hari.
Namun angka itu terasa tak berarti saat lebih dari dua juta jiwa menghadapi ancaman kelaparan, dengan distribusi bantuan sering berujung kekerasan.
Sejak akhir Mei, 859 warga Palestina tewas di sekitar lokasi distribusi GHF.
Menurut laporan PBB, sebagian besar akibat tembakan pasukan Israel atau insiden desak-desakan saat berebut makanan.
Seorang warga, Yahia Youssef, menggambarkan kekacauan sebagai “episode harian yang sama", dikutip dari CBS News.
Kekacauan yang terjadi bukan semata-mata akibat sistem bantuan yang buruk, melainkan dampak langsung dari blokade, penghancuran infrastruktur, dan serangan udara berkelanjutan.
Israel yang Terus Serang Gaza
Militer Israel, melalui Kepala Staf Letjen Eyal Zamir, menegaskan bahwa tidak akan ada jeda pertempuran kecuali sandera dibebaskan.
Tapi tekanan militer terus diarahkan ke Gaza, bukan pada upaya perundingan yang adil.
Sementara itu, Israel menepis tuduhan bahwa telah terjadi kelaparan yang disengaja, dan menyebutnya sebagai kampanye fitnah.
Namun data lapangan dan kesaksian medis di Gaza menunjukkan sebaliknya: anak-anak kurus kering, ibu-ibu mengemis air, dan warga meninggal di antrean makanan.
Ironisnya, propaganda justru dialamatkan pada Hamas, yang beberapa kali merilis video sandera sebagai bentuk tekanan.
Video Evyatar David, seorang sandera yang tampak sangat kurus, menuai kecaman keras dari keluarganya dan media Barat.
Namun hanya sedikit yang menyoroti fakta bahwa puluhan ribu warga Palestina hidup dalam kondisi yang sama atau lebih buruk dari itu, tanpa ada perhatian global yang setara.
Keluarga-keluarga sandera yang biasanya diasosiasikan dengan nasionalisme garis keras Israel kini justru menjadi suara moderasi yang langka.
Mereka menyerukan kesepakatan damai, bukan balas dendam.
Lior Chorev, kepala strategi Forum Keluarga Sandera dan Hilang.
“Lakukan hal yang benar dan lakukan sekarang. Hentikan mimpi buruk ini. Bawa mereka pulang dari terowongan, dan buka terowongan ke arah perdamaian," tegasnya.
Sementara pemerintah Israel dan sebagian media terus menguatkan narasi bahwa Hamas adalah satu-satunya pihak yang harus disalahkan, realitas di lapangan menunjukkan kegagalan kolektif: dunia gagal melindungi warga Palestina dari kehancuran, gagal membebaskan sandera, dan gagal menghentikan perang yang membuat korban dari kedua pihak terus bertambah.
Hingga kini, lebih dari 60.000 warga Palestina, termasuk ribuan anak-anak, telah tewas dalam serangan yang disebut berbagai lembaga kemanusiaan internasional sebagai salah satu bencana sipil terburuk di abad ini.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.