Konflik Palestina Vs Israel
20 Warga Palestina Tewas Tertimpa Truk Bantuan yang Terguling di Gaza
Setidaknya 20 warga Palestina tewas tertimpa truk bantuan yang terguling setelah tentara Israel minta truk itu melewati jalur berbahaya.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Garudea Prabawati
Pada 5 Agustus, 81 warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel, termasuk 57 pencari bantuan yang kelaparan.
Kelaparan mendorong ribuan orang pergi ke tempat-tempat bantuan setiap hari, yang mengakibatkan kematian, cedera, dan orang hilang.
Kelaparan warga Palestina di Jalur Gaza terjadi akibat blokade dan perang pembantaian Israel.
Tingkat kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya baru-baru ini, dengan gambar dan video orang-orang Palestina yang kurus kering karena kelaparan tersebar di media sosial.
Kematian akibat malnutrisi dan dehidrasi telah meningkat, dengan jumlah total korban mencapai 189 orang, termasuk 95 anak-anak, menurut sumber medis di Jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, tentara pendudukan Israel —dengan dukungan Amerika Serikat—telah melancarkan perang pemusnahan terhadap penduduk Jalur Gaza.
Israel menyalahkan Hamas atas memburuknya situasi di Jalur Gaza sebagai akibat dari Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Kelompok perlawanan Palestina menahan sekitar 250 orang dari perbatasan Israel, termasuk anggota militer selama Operasi Banjir Al-Aqsa.
Hamas mengatakan pada awal operasinya bahwa serangan tersebut bertujuan untuk melawan rencana Israel yang ingin melanggengkan pendudukannya di Palestina sejak pendirian Israel pada tahun 1948 dan mengambil alih kompleks Masjid Al-Aqsa.
Israel mengatakan per 22 Juni 2025, 50 sandera masih ditawan di Gaza, dari jumlah tersebut, 49 orang ditahan pada 7 Oktober 2023 dan satu sandera (Hadar Goldin) telah ditawan di Gaza sejak 2014.
Sejak Oktober 2023, Israel hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, sementara pengeboman terus berlanjut dan memperburuk situasi termasuk menyebabkan kelaparan massal yang parah di wilayah tersebut.
Selama blokade tersebut, Israel melarang bantuan memasuki Gaza termasuk keperluan medis, pangan, hingga memutus pasokan listrik ke Jalur Gaza.
Israel mengklaim pemblokiran bantuan ke Jalur Gaza bertujuan menekan Hamas untuk menyerah, namun itu hanya memperburuk situasi di tengah perundingan gencatan senjata yang berjalan lamban di Doha, Qatar.
Blokade total sempat dilakukan pada awal pecahnya konflik, namun karena tekanan internasional, Israel mengizinkan sebagian kecil bantuan untuk memasuki Gaza melalui perbatasan Sinai (Mesir) ke Rafah (Jalur Gaza selatan) di sisi Palestina yang dikuasai oleh Israel, serta penyeberangan Kerem Shalom di perbatasan Mesir, Gaza dan Israel.
Pada 25 Juli, Israel mengizinkan masuknya bantuan ke Jalur Gaza, namun jumlah tersebut sangat kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhan warga Palestina.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.