Jumat, 8 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Hasil Pertemuan Witkoff di Rusia Tak Diungkap, Trump Turun Gunung untuk Bertemu Putin dan Zelensky

Presiden AS Donald Trump menolak mengungkapkan hasil pertemuan utusannya, Steve Witkoff dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

YouTube CBS News
TRUMP PUTIN ZELENSKY - Tangkapan layar yang diambil pada Kamis (7/8/2025) menunjukkan Presiden AS Donald Trump (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kanan). Seusai pertemuan Steve Witkoff dengan Putin di Rusia berakhir, Trump ingin 'turun gunung' untuk bertemu langsung dengan Putin dan Zelensky. 

TRIBUNNEWS.COM - Setelah meminta utusan khusus Steve Witkoff untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ogah membongkar hasilnya.

Steve Witkoff bertemu dengan Vladimir Putin di Rusia pada Rabu (6/8/2025) kemarin.

Pertemuan itu berakhir setelah sekitar tiga jam, media pemerintah Rusia TASS melaporkan, mengutip layanan pers kepresidenan Rusia.

Apakah Putin berhasil meyakinkan Witkoff — dan, lebih jauh lagi, Trump — bahwa ia tertarik untuk mengakhiri perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina masih menjadi pertanyaan terbuka.

Donald Trump telah meragukan kesediaan Putin untuk menghentikan pertempuran dan tampak khawatir akan ditipu oleh seorang pemimpin yang kini terang-terangan tidak ia percayai.

Trump mengatakan sehari sebelum pertemuan Witkoff dan Putin, ia akan menunggu sampai pembicaraan selesai untuk memutuskan apakah akan mengenakan sanksi baru.

"Kita lihat saja nanti. Kita akan membuat keputusannya nanti," ujarnya di Gedung Putih, dikutip dari CNN

Setelah pertemuan itu berlangsung, Trump menolak mengomentari lebih lanjut terkait dengan hasilnya.

Bahkan, Trump menolak untuk menggambarkan pertemuan antara Witkoff dan Putin sebagai sebuah terobosan.

"Saya tidak menyebutnya terobosan," ucap Trump, dikutip dari Kyiv Independent.

Trump menggambarkan tahap perundingan saat ini dengan Rusia sebagai "sangat serius" karena batas waktu 8 Agustus 2025 bagi Rusia untuk mencapai gencatan senjata dengan Ukraina semakin dekat.

Baca juga: Trump Naikkan Tarif Impor 25 Persen untuk Barang India, Hubungan Kedua Negara Memanas

Di tengah tekanan Trump terhadap Rusia untuk mencapai gencatan senjata, Kremlin sedang mempertimbangkan "gencatan senjata udara" terbatas yang mencakup penghentian serangan pesawat tak berawak dan rudal jika Ukraina setuju untuk melakukan hal yang sama.

Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat melakukan panggilan telepon setelah kunjungan Witkoff dan Putin.

Beberapa pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, turut serta dalam percakapan tersebut.

Mau Ketemu Langsung dengan Putin dan Zelensky

Setelah adanya pertemuan tersebut, Trump berencana untuk bertemu langsung dengan Putin dan Zelensky.

Pertemuan tersebut dapat berlangsung paling cepat minggu depan, The New York Times melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Kemungkinan itu dibahas dalam panggilan telepon antara Trump dan Zelensky yang, menurut sumber senior Ukraina, juga melibatkan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dan para pemimpin Inggris, Jerman, dan Finlandia.

"Rusia menyatakan keinginan mereka untuk bertemu dengan Presiden Trump, dan Presiden terbuka untuk bertemu dengan Presiden Putin dan Presiden Zelensky," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dikutip dari AFP.

The New York Times melaporkan bahwa Trump bermaksud bertemu terlebih dahulu dengan Putin, dan kemudian menindaklanjutinya dengan pertemuan tiga pihak yang melibatkan pemimpin Rusia dan Ukraina.

Pejabat NATO dan Ukraina tidak mengonfirmasi laporan tersebut saat dihubungi AFP.

Sanksi Baru

Trump telah mengancam akan mengambil dua langkah berbeda jika Moskow tidak memenuhi tenggat waktu perdamaian pada hari Jumat.

Ia mengatakan akan menerapkan sanksi baru terhadap impor Rusia ke AS, yang dampaknya akan minimal mengingat perdagangan kedua negara yang hampir terhenti sejak awal perang.

Trump juga telah menjanjikan "tarif sekunder" bagi negara-negara yang mengimpor energi Rusia — yang akan mencakup Tiongkok dan India, konsumen energi terbesar negara itu.

Baca juga: Trump Siap Duduk Satu Meja dengan Putin dan Zelensky, Bahas Perdamaian Perang Rusia-Ukraina

Hal ini berpotensi semakin mengurangi pendanaan untuk mesin perang Rusia.

"Apakah 8 Agustus benar-benar tenggat waktu atau bagian dari pendekatan Trump, yang sering kali melibatkan pembuatan titik leverage, lalu menentukan cara penggunaannya?" tanya seorang pejabat AS, dikutip dari CNN.

"Itu baru nyata setelah Trump memutuskannya, yang didasarkan pada sejumlah variabel yang belum teridentifikasi," lanjutnya.

Telah ada upaya aktif untuk menyusun kemungkinan sanksi sekunder tersebut dalam beberapa minggu terakhir, kata para pejabat AS.

Para pejabat menambahkan bahwa mereka yakin rasa frustrasi Trump terhadap Putin begitu besar sehingga ia mungkin akan menyetujui langkah-langkah tersebut.

Namun, Trump juga kemungkinan akan mundur jika Rusia mengajukan tawaran substantif, kata beberapa sumber.

"Ini hanya firasatnya saja," kata seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih.

"Tergantung bagaimana dia bisa meyakinkan basisnya," ungkapnya lagi.

AS dan sekutu Baratnya telah mengambil berbagai langkah untuk mencoba menekan pendapatan energi Moskow, termasuk menerapkan batasan harga minyak mentah Rusia.

Namun sejauh ini, hal itu belum membuat Putin mengubah arah.

Rusia juga berhasil menghindari beberapa langkah terhadap produk energinya dengan menggunakan "armada bayangan" kapal tanker, yang kepemilikannya disembunyikan, untuk dijual ke Tiongkok dan India.

Trump mengatakan hal itu dapat berubah jika harga minyak Rusia turun signifikan.

"Putin akan berhenti membunuh orang jika harga energi turun $10 per barel. Dia tidak akan punya pilihan karena ekonominya sedang buruk," kata Trump dalam wawancara telepon dengan CNBC pada hari Selasa.

Perekonomian Rusia akhir-akhir ini menunjukkan tanda-tanda melemah, termasuk inflasi yang merajalela dan biaya pangan yang lebih tinggi, karena beban perang tiga setengah tahun mulai terasa dampaknya.

Baca juga: Putin Terbuka Bertemu Zelensky, tapi Hanya jika Syarat Ini Dipenuhi

Trump telah mengatakan bahwa ia akan menerapkan kenaikan tarif yang substansial terhadap India atas pembelian energi Rusia, sementara ia secara bersamaan berupaya mendapatkan konsesi dari New Delhi pada kesepakatan perdagangan.

"Mereka sedang menyulut mesin perang, dan jika mereka akan melakukan itu, maka saya tidak akan senang," kata Trump kepada CNBC.

India berpendapat pembelian energi Rusia telah menstabilkan pasar minyak global.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan