Konflik Rusia Vs Ukraina
Trump Ancam Putin dengan Konsekuensi Berat jika Tak Setop Perang di Ukraina
Presiden AS Donald Trump akan menemui Presiden Rusia Putin sebelum bertemu Presiden Ukraina Zelensky. Trump ancam Rusia untuk akhiri perang.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
Namun, Trump menimbulkan kegemparan selama konferensi pers bersama karena tampaknya menganggap remeh jaminan presiden Rusia bahwa Moskow tidak berupaya memengaruhi pemilihan presiden AS 2016, meskipun badan intelijen AS telah dengan suara bulat mengonfirmasi hal itu.
"Saya sangat percaya pada intelijen saya, tetapi saya akan memberi tahu Anda bahwa Presiden Putin sangat tegas dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," kata Trump pada Senin, 16 Juli 2018.
"Dia hanya mengatakan itu bukan Rusia. Saya akan mengatakan ini: Saya tidak melihat alasan mengapa itu bisa terjadi," lanjutnya.
Mengingat sejarah ini, Senator Demokrat Jeanne Shaheen khawatir tentang apa yang mungkin terjadi pada pertemuan puncak Trump-Putin.
"Saya sangat khawatir Presiden Putin akan memandang ini sebagai hadiah dan kesempatan lain untuk memperpanjang perang, alih-alih akhirnya mencari perdamaian," ujarnya, lapor Asharq Aawsat.
Setelah kembali menjabat sebagai Presiden AS, Trump menyerukan Rusia dan Ukraina untuk menghentikan perang dan berdamai.
Namun setelah melakukan berbagai pertemuan, Trump menyatakan rasa frustasinya terhadap Putin karena dianggap tidak berniat mengakhiri perang.
Trump mengancam akan menerapkan sanksi yang lebih berat ke Rusia dan mengancam mitra dagang Rusia dengan tarif sekunder.
Kremlin mengecam ancaman tersebut dan menyatakan penerapan sanksi terhadap Rusia bukanlah hal baru.
Pada akhir pekan lalu, Trump mengatakan akan ada pertemuan dengan Putin dalam KTT AS-Rusia di Alaska pada 15 Agustus 2025.
Perang Rusia di Ukraina yang dimulai pada tahun 2022 merupakan buntut panjang dari ketegangan antara Ukraina dan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada Desember 1991.
Dalam pidato setelah meluncurkan invasinya pada 24 Februari 2022, Putin ia ingin menghilangkan kemampuan militer Ukraina yang dianggap mengancam Rusia, menyingkirkan unsur "neo-Nazi" yang dituduh ada dalam pemerintahan Ukraina, membela etnis Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk dari dugaan penindasan.
Selain itu, Rusia ingin mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi NATO atau menjadi basis Barat, dan menolak keberadaan militer NATO di perbatasan Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.