Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Gaspol Operasi Caplok Gaza, Tentara yang Burnout Dipaksa Maju Perang
Netanyahu telah memulai operasi besar untuk mengambil alih Kota Gaza, namun pasukan tampak lelah dan burn out gegara agresi perang dengan Hamas.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu mengumumkan bahwa militernya telah memulai operasi besar untuk mengambil alih Kota Gaza.
Dalam keterangan resmi yang dirilis Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Brigadir Jenderal Effie Defrin, menyatakan bahwa pasukannya saat ini sudah bergerak aktif di sekitar kota.
Mereka mengklaim bahwa kelompok Hamas sudah dalam kondisi “babak belur” serta hanya dapat bertempur dengan taktik gerilya.
“Kami telah memulai operasi awal dan tahap pertama serangan terhadap Kota Gaza, dan saat ini pasukan IDF telah menguasai pinggiran Kota Gaza,” kata Defrin, dikutip dari Reuters.
Israel berdalih pencaplokan Gaza dilakukan agar dapat melemahkan infrastruktur militer Hamas dan memutus kemampuan mereka melakukan serangan.
Terlebih Gaza memiliki posisi strategis di pesisir Laut Tengah. Kendali atas wilayah ini bisa memberi Israel keuntungan militer dan geopolitik dalam jangka panjang.
Terutama jika konflik regional antara Israel dan Hamas yang telah memanas sejak 2022 silam kembali pecah.
Untuk mempercepat pencaplokan Gaza, pemerintah Israel bahkan mengerahkan 60.000 tentara cadangan yang terdiri dari tiga brigade cadangan dan batalyon tambahan,serta lima divisi perang.
Selain pengerahan pasukan baru, kontrak sekitar 20.000 tentara cadangan yang telah aktif akan diperpanjang.
Keputusan ini disebut sebagai bagian dari fase baru perang yang disetujui Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Tentara Israel Burnout
Baca juga: Militer Israel Klaim Kuasai Pinggiran Gaza, Serangan ke Gaza telah Dimulai
Di tengah rencana pencaplokan Gaza, militer Israel diisukan menghadapi masalah serius dalam hal sumber daya manusia.
Pasukan tampak sudah mulai lelah dan burn out setelah menjalani agresi perang hampir dua tahun.
Bahkan ribuan tentara dilaporkan mengalami stres berat, trauma mendalam, hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Fenomena ini menjadi tantangan baru bagi Israel di tengah operasi militer yang terus berlangsung tanpa kepastian akhir.
Data resmi militer Israel menyebut lebih dari 80 ribu tentara telah masuk ke dalam program rehabilitasi sejak agresi dimulai pada Oktober 2023.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.