Konflik Iran Vs Israel
Iran Murka, Ancam Balasan Tindakan Australia yang Usir Dubes Teheran
Iran mengancam akan mengambil langkah balasan usai Australia usir Duta Besar Iran Ahmad Sadegh dan menuduh Teheran menyebarkan paham aksi antisemit
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan diplomatik antara Iran dan Australia memanas, usai Iran lontarkan ancaman, berjanji akan melakukan tindakan balasan kepada Pemerintah Australia.
Ancaman ini dilayangkan Iran usai pemerintah Australia mengusir Duta Besar Iran Ahmad Sadeghi beserta tiga pejabat kedutaan lainnya dari ibu kota Canberra.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese menjelaskan pengusiran dilakukan menyusul tuduhan keterlibatan Teheran dengan dua serangan anti semit yang mengguncang Sydney dan Melbourne pada akhir 2023.
Adapun insiden tersebut terjadi pada 20 Oktober 2023 dimana saat itu ada sebuah kafe bernama Lewis Continental Kitchen, yang kerap menjadi tempat berkumpul komunitas Yahudi, dibakar oleh pelaku tidak dikenal.
Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 6 Desember 2023, Sinagoge Adass Israel di Melbourne juga menjadi sasaran serangan pembakaran.
Investigasi intelijen kemudian menemukan adanya keterlibatan pihak asing. Australia lantas menuduh Iran sebagai pengendali serangan, dengan memanfaatkan jaringan penjahat lokal untuk menyamarkan jejaknya.
Albanese menyebut tindakan Iran sebagai “upaya merusak kerukunan sosial dan menimbulkan perpecahan” di tengah masyarakat Australia.
Alasan ini yang membuat pemerintah Australia lantang mengusir Dubes Iran agar segera meninggalkan Canberra.
Australia juga menetapkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai organisasi teroris, mempertegas sikap keras Canberra terhadap Teheran.
Iran Tolak Tuduhan, Siap Balas
Baca juga: Australia Usir Dubes Iran, Tuduh Dalangi Serangan Antisemit di Sydney
Merespons tudingan yang dilontarkan pemerintah Australia, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menolak keras tuduhan tersebut.
Ia menilai keputusan Canberra lebih dipengaruhi oleh dinamika politik dalam negeri, termasuk demonstrasi pro-Palestina terbesar dalam sejarah Australia yang berlangsung akhir pekan lalu.
“Langkah ini tampaknya diambil untuk mengimbangi kritik terbatas Australia terhadap rezim Zionis (Israel),” ujar Baghaei.
Iran menilai pengusiran duta besar hanyalah kelanjutan dari sikap permusuhan Australia. Teheran meminta Australia bersiap menghadapi langkah balasan diplomatik.
Tak dirinci balasan apa yang dimaksud, namun menurut pengamat hubungan internasional, kemungkinan besar berupa pengusiran duta besar Australia di Teheran.
Praktik ini lazim dilakukan negara-negara yang tengah berkonflik secara diplomatik sebagai simbol perlawanan sekaligus menjaga wibawa politik luar negeri.
Selain itu, Iran juga diperkirakan akan memperketat operasi diplomatik Australia di wilayahnya, atau bahkan menutup sebagian akses Kedutaan Besar Australia di Teheran.
Langkah tersebut bisa menjadi sinyal Iran tidak lagi menganggap Canberra sebagai mitra yang netral dalam isu Timur Tengah, khususnya konflik Gaza.
Lebih lanjut, pengamat menilai, respons Iran tidak akan berhenti pada sekadar pengusiran diplomat.
Teheran kemungkinan juga akan membawa kasus ini ke forum internasional, termasuk PBB, untuk memperlihatkan Australia semakin condong berpihak pada Israel.
Ketegangan ini menambah daftar panjang perselisihan diplomatik Iran dengan negara Barat.
Jika Iran benar-benar mengambil langkah balasan, hubungan kedua negara berpotensi membeku.
Menandai fase baru krisis diplomatik di tengah hubungan keduanya yang memanas dalam beberapa dekade terakhir.
Buntut perbedaan pandangan soal program nuklir Iran, isu hak asasi manusia, serta dukungan Australia terhadap sanksi internasional membuat relasi diplomatik kerap diwarnai ketegangan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.