Top Rank
10 Negara yang Batasi Penggunaan Ponsel pada Anak, Ada Prancis hingga Australia
Berbagai negara mulai memberlakukan pembatasan ketat penggunaan ponsel pada anak-anak.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Di era digital saat ini, ponsel pintar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk anak-anak.
Namun, penggunaan ponsel yang berlebihan di kalangan anak-anak dan pelajar menimbulkan kekhawatiran.
Mulai dari gangguan konsentrasi saat belajar hingga dampak negatif pada kesehatan mental.
Berbagai negara pun mulai memberlakukan pembatasan ketat penggunaan ponsel di lingkungan sekolah untuk menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.
Tidak hanya itu, pembatasan ini diterapkan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.
Berikut ini, 10 negara yang telah mengambil langkah tegas untuk membatasi penggunaan ponsel pada anak, dengan berbagai kebijakan inovatif yang bertujuan memajukan kualitas pendidikan dan kesehatan mental anak.
10 Negara yang Batasi Penggunaan Ponsel pada Anak
1. Prancis
Sejak 2018, Prancis melarang penggunaan telepon seluler di sekolah dasar dan menengah.
Pada 2024, pemerintah memperluas larangan ini melalui uji coba "jeda digital" di hampir 200 sekolah, melibatkan 50.000 siswa, dikutip dari Euro News.
Program ini bertujuan mengurangi kekerasan dan pelecehan daring, meningkatkan fokus belajar, serta menumbuhkan kesadaran akan penggunaan perangkat digital yang rasional.
2. Luksemburg
Mulai Paskah 2025, telepon pintar dilarang di sekolah dasar untuk anak di bawah 11 tahun.
Baca juga: 10 Negara Terbaik untuk Membesarkan Anak: Belanda Peringkat 1, Swiss Punya Kualitas Hidup Tinggi
Di sekolah menengah, siswa wajib menjaga "jarak fisik" dengan ponsel mereka selama kelas, dan sekolah dapat menetapkan aturan tambahan.
Menteri Pendidikan Claude Meisch menegaskan pentingnya keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata melalui aturan yang jelas di rumah, sekolah, dan masyarakat.
“Saya prihatin dengan dampak penggunaan ponsel pintar dan media sosial yang berlebihan terhadap anak-anak kita,” kata Menteri Pendidikan Luksemburg, Claude Meisch, dalam sebuah pernyataan.
"Yang penting adalah keseimbangan yang tepat antara dunia digital dan kehidupan nyata... Untuk mencapai keseimbangan ini, kita membutuhkan aturan yang jelas. Di rumah, di sekolah, dan di masyarakat kita," tambahnya.
3. Inggris
Ormiston Academies Trust mengatakan kepada BBC, mulai melarang ponsel pintar untuk sekitar 35.000 murid di 42 sekolah negeri guna memerangi dampak buruk kesehatan mental akibat terlalu lama di depan layar.
Pembatasan ini terbukti efektif meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa, serta mendapat dukungan luas dari orang tua dan siswa.
"Belajar tidak bisa terjadi tanpa perhatian. Banyak hal yang terjadi adalah perebutan perhatian, perebutan fokus dan konsentrasi. Bukan hanya soal mengeluarkan dan menggunakan ponsel, melainkan keberadaan ponsel itu sendiri... Semakin banyaknya gangguan dapat berakibat fatal bagi proses belajar, baik di sekolah maupun di rumah," kata kepala eksekutif Orkmiston, Tom Rees, dikutip dari katherinemartinko.substack.com.
4. Finlandia
Di tengah penurunan hasil belajar nasional, beberapa sekolah di kota Riihimaki memilih mengurangi penggunaan perangkat digital dan kembali menggunakan buku, pensil, dan kertas.
Siswa melaporkan fokus yang lebih baik dan tidur lebih nyenyak tanpa gangguan gawai, mengindikasikan bahwa pembatasan teknologi dapat memperbaiki kualitas belajar.
Seorang guru bahasa Inggris, Maija Kaunonen, mengatakan kepada Reuters bahwa penggunaan perangkat digital di kelas terlalu mengganggu.
"Kebanyakan siswa mengerjakan latihan secepat mungkin agar bisa melanjutkan bermain game dan mengobrol di media sosial. Dan mereka pun langsung berpindah tab di peramban. Jadi, ketika guru datang, mereka bisa langsung menjawab, 'Ya, saya sedang mengerjakan latihan ini," katanya.
Kini, situasinya berbeda.
Bahkan para siswa mengaku lebih fokus tanpa gawai.
5. Belanda
Sejak Januari 2024, Belanda melarang penggunaan telepon pintar, jam tangan pintar, dan tablet yang tidak terkait pembelajaran di sekolah dasar dan menengah.
Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dan hasil belajar, dengan pengecualian bagi siswa berkebutuhan khusus.
6. Swedia
Ponsel hanya diperbolehkan digunakan untuk tujuan pembelajaran, dengan aturan ketat dari sekolah.
Badan kesehatan Swedia menetapkan pedoman bahwa anak di bawah dua tahun tidak boleh menggunakan media digital, dan remaja maksimal tiga jam layar sehari, dikutip dari The Guardian.
Orang tua didorong aktif mengawasi penggunaan perangkat digital anak.
7. Italia
Penggunaan telepon seluler di ruang kelas dilarang ketat dari prasekolah hingga sekolah menengah, kecuali untuk kebutuhan pendidikan individual atau siswa penyandang disabilitas.
Kebijakan ini bertujuan menciptakan lingkungan belajar bebas gangguan.
8. Yunani
Siswa wajib menyimpan ponsel di tas selama jam sekolah mulai 2024.
Pemerintah juga meluncurkan aplikasi "Kids Wallet" untuk membantu orang tua memantau waktu layar dan verifikasi usia anak di media sosial, sekaligus memberikan alat perlindungan digital.
Perdana Menteri Kyriákos Mitsotákis menyoroti pentingnya interaksi keluarga tanpa gangguan teknologi.
"Kami memberi orang tua alat yang ampuh untuk melindungi anak-anak mereka secara daring," kata Menteri Tata Kelola Digital Dimitris Papastergiou saat memperkenalkan instrumen digital baru di Athena.
"Ini adalah aplikasi yang dibutuhkan Yunani dan Eropa untuk mengonfirmasi usia anak-anak saat mereka menggunakan media sosial," jelasnya.
"Aplikasi ini juga akan berfungsi sebagai alat identifikasi untuk inisiatif-inisiatif mendatang,"tambahnya, dikutip dari DW.
Usia di mana persetujuan orang tua tidak lagi diperlukan telah ditetapkan pada 15 tahun, dan penggunaan aplikasi ini bersifat sukarela.
9. Australia
Rencana pemerintah Australia menetapkan usia minimum penggunaan media sosial antara 14-16 tahun, dengan uji coba verifikasi usia sebelum pengesahan undang-undang.
Perdana Menteri Anthony Albanese menekankan pentingnya anak-anak tumbuh dengan pengalaman nyata di luar dunia digital untuk kesehatan mental yang lebih baik.
"Uji coba verifikasi usia sebelum memberlakukan undang-undang usia minimum untuk media sosial tahun ini," jelasnya, dikutip dari Reuters.
10. Belgia
Undang-undang sejak 2018 mengatur bahwa anak-anak harus berusia minimal 13 tahun dan mendapat persetujuan orang tua untuk membuka akun media sosial.
Komunitas berbahasa Prancis di Belgia akan melarang penggunaan ponsel dan perangkat elektronik untuk rekreasi di sekolah mulai tahun ajaran 2025/2026 guna meningkatkan fokus dan lingkungan belajar yang sehat.
(Tribunnews.com/Farra)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.