Kim Jong Un Bawa sang Putri di Parade Militer China, Tanda Penerus Rezim Kim Tampil di Mata Dunia?
Pimpinan Korut Kim Jong Un, tiba di Beijing, Tiongkok, bersama putrinya, Kim Ju Ae, untuk menghadiri Parade Militer Victory Day yang digelar China
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tiba di Beijing, Tiongkok, bersama putrinya, Kim Ju Ae, untuk menghadiri Parade Militer Victory Day, Rabu (3/9/2025).
Ini merupakan kunjungan kedua Kim ke luar negeri yang dilaporkan dalam enam tahun. Sementara kunjungan ke China jadi kali pertama yang dilakukan Kim sejak 2019.
Mengutip korea Joong Ang Daily, perjalanan Kim dari Pyongyang dimulai Senin malam (1/9/2025). Ia menempuh waktu lebih lama karena menggunakan kendaraan darat dengan keamanan ketat.
Kereta yang digunakannya dilapisi perlindungan maksimal serta dilengkapi fasilitas mewah, termasuk restoran dengan hidangan lobster segar dan anggur Prancis.
Kim menyeberang ke Tiongkok pada Selasa pagi dan tiba di Beijing pada sore harinya, disambut pejabat tinggi Tiongkok.
Foto-foto resmi memperlihatkan Kim Jong Un turun dari kereta lapis baja di Stasiun Kereta Beijing, didampingi putrinya.
Keberadaan Kim Ju Ae menjadi sorotan karena lembaga intelijen Korea Selatan menyebutnya sebagai calon penerus paling mungkin, bukan sekadar pendamping ayahnya.
Di panggung internasional yang dipenuhi pemimpin dunia, termasuk Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, langkah ini menegaskan bahwa rezim Korea Utara tengah mempersiapkan generasi penerusnya di bawah sorotan global.
Dengan memperkenalkan putrinya dalam forum diplomatik dan militer berskala internasional, Kim Jong Un mengirim pesan jelas bahwa kepemimpinan keluarga Kim akan terus berlanjut, sekaligus memperkuat citra stabilitas internal negara.
Peran Kim Jong Un dalam Parade Militer China
Kehadiran Kim Jong Un di sisi Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin bukan sekadar simbol protokoler, melainkan memiliki makna politik dan strategis yang penting.
Baca juga: Trump Merasa Ditampar saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan
Dalam parade ini, Kim Jong Un berada di barisan pemimpin dunia, memperkuat simbol diplomasi antara Korea Utara, China, dan Rusia.
Ia menjadi salah satu figur kunci dalam acara tersebut, menandai dukungan terhadap pertumbuhan pengaruh militer dan politik Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) di arena internasional.
Kehadiran Kim juga berfungsi sebagai tanda legitimasi bagi status nuklir Korea Utara, karena berdiri di panggung yang sama dengan pemimpin negara-negara besar.
Selain simbolik, parade ini juga memperlihatkan kapabilitas militer DPRK melalui kunjungan Kim sebelumnya ke laboratorium rudal, menegaskan bahwa kehadirannya tidak hanya politis tetapi juga strategis.
Kehadiran Kim Jong Un menandai perubahan konstelasi geopolitik di Asia-Pasifik.
Hubungan trilateral antara DPRK, China, dan Rusia berpotensi menggeser keseimbangan kekuatan, memberikan sinyal kepada Amerika Serikat dan negara-negara Barat bahwa Korea Utara tetap relevan di arena internasional, baik secara militer maupun diplomatik.
Potensi Aliansi Militer Trilateral
Selain menghadiri parade militer China, rencananya Kim Jong un akan menggelar pertemuan dengan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping dan presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas isu strategis global.
Pertemuan ini dianggap bersejarah karena menghadirkan tiga pemimpin negara yang memiliki posisi strategis di Asia dan Eropa, serta menandai kemungkinan konsolidasi kekuatan trilateral yang dapat mempengaruhi geopolitik global.
Para analis menyoroti bahwa pertemuan ini bisa menjadi langkah awal terbentuknya aliansi militer trilateral antara Rusia, China, dan Korea Utara.
Langkah tersebut mengikuti pakta pertahanan Rusia–Korea Utara yang ditekan pada Juni 2024, serta indikasi kesepakatan serupa antara Beijing dan Pyongyang.
Jika aliansi ini terwujud, konsekuensinya bisa signifikan bagi kalkulasi strategis di kawasan Asia-Pasifik, terutama terkait keamanan regional dan distribusi kekuatan nuklir.
Konsolidasi militer antara tiga negara ini berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan global, menentang dominasi tradisional Amerika Serikat, dan memengaruhi dinamika geopolitik di seluruh benua Asia.
Pertemuan Xi, Putin, dan Kim menunjukkan bagaimana negara-negara ini sedang memanfaatkan panggung internasional untuk memperkuat aliansi strategis sambil menyampaikan pesan politik yang kuat kepada dunia Barat.
Namun bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya, perkembangan ini menjadi sinyal peringatan tentang pergeseran kekuatan dan munculnya blok geopolitik baru yang menuntut perhatian serius dalam perencanaan keamanan dan diplomasi.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.