Kerusuhan di Nepal
Media Sosial Kembali Aktif di Nepal usai Demo Ricuh Tewaskan 19 Orang
Pemerintah Nepal secara resmi mencabut larangan media sosial pada Selasa (9/9/2025), sehari setelah aksi protes besar-besaran menewaskan 19 orang.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Sri Juliati
“Platform media sosial telah dibuka, yang merupakan salah satu tuntutan Gen Z,” tegas Gurung, dikutip dari Al Jazeera.
Pencabutan larangan ini dianggap sebagai bentuk pengakuan atas pentingnya ruang digital sebagai bagian dari kebebasan berekspresi generasi muda Nepal.
Surat kabar Kathmandu Post menulis, “Ini bukan hanya tentang media sosial, ini tentang kepercayaan, korupsi, dan generasi yang menolak untuk diam.”
Penyebab Terjadinya Demo
Di balik protes ini tersimpan ketegangan sosial yang telah lama membara.
Gerakan daring yang menyoroti ketimpangan antara kehidupan mewah 'Nepo Kids' anak-anak politisi dan kenyataan hidup rakyat biasa menjadi viral di TikTok.
Sayangnya, TikTok adalah satu dari sedikit platform yang tak diblokir oleh pemerintah.
Dengan pengangguran pemuda mencapai 20,8 persen dan PDB per kapita hanya USD 1.447 menurut data Bank Dunia, frustrasi terhadap elite politik Nepal makin mendalam.
Banyak anak muda merasa masa depan mereka dirampas oleh sistem yang korup, tertutup, dan tidak berpihak pada generasi baru, dikutip dari CNN.
“Semua warga Nepal muak dengan korupsi. Semua pemuda pergi ke luar negeri. Kami ingin melindungi mereka dan memperbaiki ekonomi negara,” ujar seorang demonstran kepada Reuters.
Krisis Politik: PM di Ambang Tekanan, Menteri Mundur
Senin malam, Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak mengundurkan diri atas dasar moral.
Sementara itu, Perdana Menteri, KP Sharma Oli menyampaikan belasungkawa dan mengatakan pemerintah akan membentuk komite investigasi untuk menyelidiki kekerasan tersebut.
Namun, banyak yang menilai itu tidak cukup. Editorial surat kabar terbesar di Nepal menyebut Oli “tidak bisa duduk satu menit pun lebih lama di kursi perdana menteri” setelah pertumpahan darah tersebut.
Dalam surat terbuka, Oli menyalahkan “infiltrasi kelompok kepentingan” atas pecahnya kekerasan, tanpa menyebut siapa pihak yang dimaksud.
Komentar ini menuai kritik karena dianggap mengalihkan tanggung jawab.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Demo di Nepal
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.