Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
5 Pernyataan Kontroversial Charlie Kirk, Pendukung Trump dan Israel, Tewas Ditembak di Depan Umum
Aktivis konservatif Charlie Kirk, tewas di usia 31 tahun setelah ditembak di depan umum. Ia dikenal karena pernyataannya yang kontroversial.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Endra Kurniawan
Pada Desember 2020, gala akhir tahun Turning Point USA tetap digelar di Florida meskipun negara bagian itu tengah berjuang melawan lonjakan kasus COVID-19.
Kirk juga membandingkan aturan vaksin dengan apartheid (sistem pemisahan ras) dalam sebuah wawancara pada 2021.
Bahkan pada Februari 2024, ia masih menyebarkan teori “penggantian besar”, yakni sebuah narasi konspiratif tentang imigran ilegal yang disebut datang untuk menggantikan warga kulit putih Amerika.
5. Empati dan Debat
Dalam episode The Charlie Kirk Show pada 12 Oktober 2022, ia menyinggung cara Bill Clinton, mantan presiden AS, menggunakan empati sebagai strategi politik.
Namun, ia justru menolak konsep empati itu sendiri.
“Sebenarnya, saya tidak tahan dengan kata empati. Menurut saya, empati adalah istilah zaman baru yang dibuat-buat dan sangat merugikan.”
Meski begitu, para pendukungnya menyebut Kirk tetap menyukai debat dan pertukaran ide secara terbuka.
Analis Pakar
Menurut The Guardian, penembakan Charlie Kirk adalah contoh nyata meningkatnya kekerasan politik di Amerika Serikat.
Motif pelaku penembakan, belum diketahui. Namun, kasus ini menambah daftar panjang serangan bermotif politik di negeri itu.
Kirk dikenal sebagai sekutu dekat Trump, dan organisasinya Turning Point USA banyak berperan dalam menggalang dukungan bagi Partai Republik.
Penembakan ini terjadi di tengah meningkatnya insiden kekerasan politik dalam setahun terakhir, mulai dari dua upaya pembunuhan terhadap Trump pada 2024, pembakaran rumah Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, hingga penembakan anggota parlemen Minnesota oleh pria bersenjata.
Survei terbaru yang dipimpin ilmuwan politik Amerika Robert Pape dari Chicago Project on Security and Threats menunjukkan lonjakan dukungan terhadap penggunaan kekerasan demi tujuan politik.
Baca juga: TMZ Minta Maaf Setelah Ada Tawa Meledak Saat Umumkan Kematian Charlie Kirk
“Sekitar 40 persen Demokrat mendukung penggunaan kekerasan untuk menyingkirkan Trump, sementara 25 persen Republikan mendukung penggunaan militer untuk menghentikan protes terhadap agenda Trump. Angka-angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat sejak musim gugur lalu,” tulis Pape di New York Times.
“Kita semakin seperti tong mesiu,” katanya kepada Guardian.
Pape menyebut era saat ini sebagai populisme yang penuh kekerasan dan menekankan perlunya politisi mengecam kekerasan, terutama bila dilakukan oleh pihak yang sejalan dengan mereka.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.