Rabu, 17 September 2025

Cides ICMI Sampaikan Gagasan Pendekatan Islam dan Harm Reduction di Africa Global Health Symposium

Indonesia menghadapi dilema unik sebagai produsen tembakau terbesar keenam dan cengkih terbesar pertama di dunia. 

Penulis: Chaerul Umam
HO/Ist
SIMPOSIUM DI AFRIKA - Ketua Center for Information and Development Studies (Cides) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof. Andi Bakti, menyampaikan gagasan inovatif dalam Africa Global Health Symposium di Casablanca, Maroko, pada 4-5 September 2025. Gagasan tersebut mengusung pendekatan pengurangan bahaya (harm reduction) berbasis nilai-nilai Islam sebagai solusi seimbang dalam menanggulangi prevalensi merokok sekaligus menjaga stabilitas ekonomi masyarakat. (HO) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia melalui Center for Information and Development Studies (Cides) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyampaikan gagasan inovatif dalam Africa Global Health Symposium di Casablanca, Maroko, pada 4-5 September 2025, lalu. 

Center for Information and Development Studies (Cides) merupakan lembaga kajian strategis di bawah ICMI yang berfokus pada penelitian serta pengembangan pemikiran guna menjawab tantangan pembangunan nasional.

Gagasan tersebut mengusung pendekatan pengurangan bahaya (harm reduction) berbasis nilai-nilai Islam sebagai solusi seimbang dalam menanggulangi prevalensi merokok sekaligus menjaga stabilitas ekonomi masyarakat.

Ketua Cides ICMI, Prof. Andi Bakti yang menjadi salah satu pembicara, menekankan bahwa Indonesia menghadapi dilema unik sebagai produsen tembakau terbesar keenam dan cengkih terbesar pertama di dunia. 

“Larangan total terhadap produk tembakau konvensional bukanlah solusi yang adil dan efektif, terutama bagi negara dengan industri dan budaya tembakau yang telah mengakar seperti Indonesia. Pendekatan harm reduction yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam, seperti maslahah (kebaikan bersama) dan hifz al-nafs (perlindungan hidup), menawarkan solusi yang lebih seimbang,” katanya dalam keterangan tertulis Senin (15/9/2025).

Dalam artikelnya yang dimuat dalam buku Harm Reduction: The Manifesto 2025, Prof. Andi Bakti menyoroti pentingnya membedakan profil risiko antar produk tembakau

Dia mencontohkan produk tembakau yang dipanaskan (HTP/HNB) yang menurut berbagai riset internasional dapat mengurangi paparan zat berbahaya hingga 90-95 persen dibandingkan rokok yang dibakar. 

Inovasi lain, termasuk produk alternatif berbasis teknologi, juga disebut mampu mengurangi risiko sekaligus menjaga kelangsungan industri yang menopang perekonomian nasional.

Indonesia disebut telah memiliki payung regulasi modern melalui Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 yang mulai mengakomodasi pendekatan proporsional terhadap produk tembakau berdasarkan profil risikonya. 

"Harapannya, aturan turunan dari UU tersebut dapat mengadopsi kebijakan pengurangan risiko agar manfaat produk tembakau alternatif lebih optimal," ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Andi Bakti menyerukan kolaborasi antara ulama, ahli kesehatan masyarakat, dan pemerintah untuk menyusun panduan berbasis bukti ilmiah sekaligus nilai keagamaan. 

“Dengan kolaborasi ini, negara-negara Muslim dapat menjadi pelopor dalam model pengendalian tembakau yang adil, efektif, dan berbasis ilmu pengetahuan,” katanya.

Gagasan yang dipaparkan Cides ICMI mendapat sambutan hangat dari peserta symposium, terutama perwakilan negara-negara Afrika dengan tantangan serupa. Konsep ini diharapkan menginspirasi negara-negara Muslim di kawasan tersebut untuk mengadopsi kebijakan pengendalian tembakau yang komprehensif dan berkeadilan.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan