Kamis, 9 Oktober 2025

Masjid Bertambah, Penolakan Komunitas Muslim di Jepang Tetap Terjadi

Kekhawatiran warga meliputi isu‑suara, parkir, bentuk bangunan, dan takut masjid bisa dipandang sebagai simbol yang dikaitkan dengan kekerasan

Editor: Eko Sutriyanto
Korespoden Tribunnews.com/Richard Susilo
MASJID DI JEPANG - Masjid Indonesia di Tokyo di dalam Sekolah Republik Indonesia di Meguro Tokyo. Diresmikan pada 26 Mei 2017 oleh Duta Besar RI untuk Jepang, Arifin Tasrif. 

kenyataan bulan 18 September 2025 lalu Gubernur membatalkan janjinya tersebut.

  • Penentangan dalam pembangunan masjid di Kanazawa

Ishikawa Muslim Society (IMS) yang terdiri dari mahasiswa internasional dan Muslim Jepang menghadapi ketidaksetujuan warga ketika merencanakan membangun masjid di area perumahan di Kanazawa pada tahun 2011.

Kekhawatiran warga meliputi isu‑suara, parkir, bentuk bangunan, dan takut bahwa masjid bisa dipandang sebagai simbol yang dikaitkan dengan kekerasan atau terorisme.

IMS bernegosiasi dengan warga, membuat kesepakatan agar beberapa ketentuan lingkungan diikuti (misalnya waktu pembuangan sampah, penggunaan bangunan, kepedulian sekitar).

  • Kasus di Toyama

Ada usaha untuk membangun pusat kegiatan Islam / masjid di Toyama (Gofuku area) yang sempat dibatalkan karena penolakan lokal.

Kemudian mereka membangun “Toyama Muslim Center” sebagai fasilitas yang juga menyertakan fungsi pertukaran budaya, bukan hanya sebagai masjid biasa. 

Beberapa alasan yang sering muncul dalam menentang pembangunan masjid atau kuburan muslim.

Kekhawatiran lingkungan dan kesehatan dengan klaim bahwa pemakaman muslim akan mencemari air atau tanah. 

Masalah infrastruktur lokal dengan isu seperti parkir, kebisingan (termasuk adzan/seruan untuk shalat, lalu lintas orang), sampah, atau akses. Orang sekitar khawatir hal‑hal ini akan mengganggu kenyamanan lingkungan.  

Kurangnya pemahaman budaya / prasangka mengenai Islam. Beberapa warga memiliki kekhawatiran atau stereotip yang negatif terhadap Islam, atau takut akan terorisme karena  kurangnya informasi dan dialog lokal memperburuk ketidakpastian. 

Politik lokal dan hak suara masyarakat menjadi pemicu seperti kasus pemilu 20 Juli 2025 dengan mengemukakan tema Ras dan Islam di Jepang.

Kadang warga menekan pemerintah lokal atau dewan kota   membatalkan proyek agar “tidak terjadi perubahan lingkungan” atau karena mereka ingin mempertahankan karakter wilayahnya.  

Sebagai kesimpulan, penentangan terhadap pembangunan masjid memang ada, tapi tidak selalu berhasil menghentikan proyek. Sering proyek dilanjutkan setelah negosiasi lokal dan kompromi.

Penentangan lebih sering berkaitan dengan aspek lingkungan, sosial, budaya daripada agama secara eksplisit—walau unsur agama dan prasangka pasti ikut berperan.

Banyak komunitas Muslim mencoba mengelola proyek dengan melibatkan warga lokal sejak awal untuk membangun kepercayaan dan mengurangi penolakan. 

Diskusi pembangunan masjid di Jepang juga dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Gabung gratis kirimkan nama alamat dan nomor telepon ke tkyjepang@gmail.com

.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved