Konflik Palestina Vs Israel
Terbongkar! Hubungan Trump dan Netanyahu Sempat Panas saat Hamas Sambut Positif Rencana Perdamaian
Dalam laporan Axios menyebut Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat bersitegang di telepon.
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat memanas.
Panasnya hubungan keduanya muncul ketika Hamas menyambut positif rencana perdamaian 20 poin Gaza dari Donald Trump.
Bahkan, Donald Trump sempat melontarkan kata-kata kasar kepada Benjamin Netanyahu melalui sambungan telepon pada Jumat (3/10/2025).
Hubungan memanasnya kedua kepala negara ini terbongkar dalam sebuah laporan Axios.
Dalam sebuah laporan yang dirilis Axios menyebutkan bahwa ketegangan terjadi ketika Trump melakukan panggilan telepon kepada Netanyahu.
Trump dilaporkan melontarkan kalimat pedas kepada Netanyahu, menyebutnya "selalu sangat negatif" (always so f*ing negative) karena Perdana Menteri Israel itu menyatakan keberatan dan pesimisme atas respons Hamas.
Netanyahu dikabarkan melihat tanggapan Hamas itu sebagai penolakan terselubung atau setidaknya sebagai hal yang "tidak berarti apa-apa" dan "tidak ada yang perlu dirayakan".
Sikap ini didorong oleh keinginan Israel untuk menyelaraskan pandangannya dengan AS agar tidak menimbulkan kesan bahwa Hamas telah merespons secara positif terhadap inisiatif damai tersebut.
Namun, pandangan itu langsung dibantah oleh Trump.
"Aku tidak tahu mengapa kamu selalu sangat negatif. Ini adalah kemenangan. Terima itu," balas Trump, yang dilaporkan memandang respons Hamas justru sebagai titik awal atau peluang besar untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri Perang Israel-Hamas.
Percakapan yang disebut oleh seorang pejabat AS sebagai "berat dan tegas" itu menunjukkan adanya perbedaan pandangan mendasar antara kedua pemimpin mengenai penanganan proses perdamaian di Gaza.
Baca juga: Israel Gempur Gaza, 24 Orang Tewas Jelang Perundingan Gencatan Senjata Trump di Mesir
Meskipun terjadi ketegangan, sumber yang mengetahui panggilan telepon tersebut menyatakan bahwa percakapan tersebut akhirnya ditutup dengan kesepakatan antara kedua pemimpin.
Para ajudan Netanyahu kemudian berupaya meredam isu ini, menekankan bahwa pada akhirnya Netanyahu dan Trump memiliki pemahaman yang sama.
Kesepakatan tersebut diakhiri dengan persetujuan Netanyahu terhadap rencana damai, yang mencakup peta terbaru mengenai penarikan mundur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari Jalur Gaza, dengan syarat gencatan senjata dapat diterapkan.
"Pada akhirnya, Presiden Trump menginginkan perdamaian, dan itulah yang paling penting," kata seorang pejabat AS, menegaskan bahwa Washington telah bekerja sama erat dengan Israel untuk mencapai tujuan tersebut.
Trump Desak Fase Pertama Harus Tuntas Minggu Ini
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik dan membebaskan sandera di Jalur Gaza memasuki fase krusial.
Delegasi negosiasi dari Hamas dan Israel dilaporkan telah tiba di Kairo, Mesir, pada Minggu (5/10/2025) malam untuk membahas implementasi rencana perdamaian yang diprakarsai oleh AS.
Tekanan untuk segera mencapai kesepakatan secara signifikan ditingkatkan oleh Donald Trump, yang secara terbuka mendesak semua pihak untuk "BERGERAK CEPAT".
Trump bahkan mengeluarkan prediksi yang optimis namun mendesak "fase pertama" dari kesepakatan tersebut "seharusnya selesai minggu ini".
Dirinya bahkan memberi peringatan keras akan potensi "perdarahan massal" jika penundaan terus terjadi.
Dikutip dari The Times of Israel, menurut rencana Trump, Israel diperkirakan akan membebaskan 250 tahanan Palestina dengan hukuman seumur hidup dan lebih dari 1.700 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023.
Kedua belah pihak belum sepakat tentang tahanan mana yang akan dibebaskan, meskipun berita Channel 12 melaporkan bahwa Hamas menuntut pembebasan beberapa tahanan Palestina paling terkenal yang ditahan oleh Israel.
"Perundingan ini sangat sukses dan berjalan cepat," tulis Trump di Truth Social.
Trump menambahkan bahwa "tim teknis" akan bertemu lagi pada hari Senin di Mesir untuk "menyelesaikan dan mengklarifikasi detail akhir".
Baca juga: Trump Kembali Keluarkan Ancaman Soal Perundingan Gaza: Dipercepat atau Pertumpahan Darah
"Saya akan terus memantau 'konflik' yang telah berlangsung berabad-abad ini," kata Presiden.
Ia bahkan mengulangi peringatannya kepada Hamas untuk bertindak cepat dalam sebuah tambahan huruf kapital di akhir postingannya.
"WAKTU SANGAT PENTING ATAU, PERTUMPAHAN DARAH BESAR AKAN TERJADI — SESUATU YANG TAK INGIN DILIHAT SIAPAPUN!" tegas Trump.
Salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam rencana Trump untuk Jalur Gaza adalah tuntutan agar Hamas melucuti senjata.
Namun, bagaimana hal ini akan terwujud, "harus dibahas dalam kerangka Palestina," ujar Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada hari Minggu.
Berbicara kepada surat kabar Saudi, Asharq al-Awsat, Abdelatty menyatakan harapan bahwa aparat keamanan Otoritas Palestina akan mengemban tugas mengendalikan Gaza setelah masa transisi yang tidak ditentukan.
Ia mengatakan Kairo juga tengah berupaya menentukan batas kewenangan bagi pasukan internasional yang diharapkan memasuki Jalur Gaza berdasarkan rencana tersebut, dan mencatat bahwa, pada akhirnya, pasukan yang sama juga perlu memasuki Tepi Barat untuk menghubungkan kedua wilayah tersebut — Gaza dan Tepi Barat — dan untuk mendukung mekanisme keamanan Otoritas Palestina.
Keterlibatan Otoritas Palestina di masa depan dalam pemerintahan Jalur Gaza dan potensi jalan menuju kenegaraan Palestina adalah dua isu utama yang dipermasalahkan oleh sekutu sayap kanan Netanyahu.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.