Rabu, 8 Oktober 2025

Kronologi 14 Anak Tewas Usai Minum Obat Batuk Sirup di India

Polisi India membuka penyelidikan terkait temuan obat batuk sirup  yang mengandung bahan kimia beracun.

Editor: Hasanudin Aco
KQED/iStock
OBAT BATUK SIRUP - Ilustrasi sirup obat batuk. Di India sebuah obat batuk sirup telah menyebabkan 14 anak tewas. 

 

TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Polisi India membuka penyelidikan terkait temuan obat batuk sirup  yang mengandung bahan kimia beracun.

Hal ini menyusul kematian 14 anak yang diduga mengonsumsi obat batuk sirup tersebut.

Korbannya kebanyakan anak-anak berusia di bawah lima tahun.

Anak-anak itu meninggal karena gagal ginjal dalam sebulan terakhir setelah mengonsumsi obat batuk bermerek Sirup Coldrif.

Sebanyak 19 obat sirup diambil sampelnya di negara bagian Madhya Pradesh untuk diteliti di laboratorium.

Dikutip dari Reuters, Senin (6/10/2025), setelah sampel diuji di laboratorium ditemukan 46,28 persen mengandung dietilen glikol, jauh melebihi tingkat yang diizinkan sebesar 0,1 persen.

“Dokter yang menulis resep tersebut telah ditangkap,” kata Wakil Kepala Menteri Madhya Pradesh, Rajendra Shukla, kepada kantor berita ANI News.

Toksin dietilen glikol atau etilen glikol ditemukan dalam sirup obat batuk buatan India yang telah menewaskan sedikitnya 141 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun sejak tahun 2022, dan 12 anak lainnya di India pada tahun 2019.

Ini merusak citra India sebagai negara produsen obat terbesar ketiga di dunia.

Polisi mendaftarkan kasus pidana pada 5 Oktober terhadap dokter dan produsen, Sresan Pharma, yang berlokasi di negara bagian selatan Tamil Nadu.

"Semua anak menunjukkan gejala awal pilek, flu, atau demam, dan sebagian besar berusia di bawah lima tahun," demikian bunyi laporan polisi di negara bagian Madhya Pradesh, India bagian tengah.

"Sebagian besar dari mereka diberi sirup Coldrif, yang kemudian menyebabkan retensi urin dan gangguan ginjal akut."

Dietilen glikol digunakan dalam produk mulai dari antibeku hingga kosmetik dan pelumas.

Dampaknya menyebabkan gejala yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia dapat membuat muntah dan sakit perut hingga cedera ginjal akut sehingga berujung kematian.

Perusahaan tersebut menghadapi tuduhan pembunuhan berencana, pemalsuan obat-obatan, serta pembuatan, penjualan, atau penyaluran kosmetik yang melanggar Undang-Undang Obat-obatan dan Kosmetika.

Sresan Pharma perusahaan pembuat obat sirup itu tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

Jika terbukti bersalah, perusahaan dan pejabatnya dapat menghadapi denda dan hukuman penjara hingga seumur hidup.

Menurut dokumen yang dilihat Reuters, batch sirup obat batuk yang terkontaminasi tersebut hanya didistribusikan di dalam wilayah India.

Sehingga berada di luar cakupan aturan tahun 2023 untuk pengujian ekspor guna memastikan bahan kimia yang dipermasalahkan tersebut berada dalam batas yang ditentukan.

Negara bagian lain yang berbatasan dengan Madhya Pradesh, seperti Uttar Pradesh utara dan Rajasthan di barat, juga telah melarang sirup tersebut.

Kementerian Kesehatan India telah menyerukan "penggunaan obat batuk yang rasional" untuk anak-anak.

Merekomendasikan resep obat yang tepat dan menjelaskan bahwa sebagian besar penyakit yang menyebabkan batuk dapat sembuh tanpa menggunakan obat.

Industri farmasi India termasuk besar di tingkat global, hanya kalah besar dari AS dan Tiongkok, bernilai US$50 miliar (S$64 miliar). 

Lebih dari separuh nilainya berasal dari ekspor, menurut data pemerintah, dengan biaya manufaktur di India hingga 35 persen lebih rendah daripada AS dan Eropa.

India memasok 40 persen obat generik yang digunakan di Amerika Serikat, 25 persen dari semua obat yang digunakan di Inggris, dan lebih dari 90 persen dari semua obat di banyak negara Afrika.

Sejak 2023 dan menyusul banyaknya kematian di luar negeri, India mewajibkan sirup untuk diuji di laboratorium yang disetujui pemerintah sebelum diekspor, meskipun aturan yang sama tidak berlaku untuk produk yang dijual secara lokal.

Sirup obat batuk dan pilek umumnya dibuat dengan pelarut propilen glikol, yang umumnya dijual dalam dua kelas farmasi dan industri.

Kelas industri banyak digunakan dalam deterjen cair, antibeku, cat, atau pelapis, dan selalu lebih murah daripada versi farmasi.

Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa produk tersebut tidak ditujukan untuk konsumsi manusia dan mungkin mengandung lebih banyak racun.

Reuters melaporkan bagaimana di masa lalu, propilen glikol industri mungkin telah digunakan untuk membuat sirup obat batuk.

"Obat batuk terbukti memiliki manfaat minimal pada anak-anak tetapi memiliki risiko yang signifikan," kata Kementerian Kesehatan India dalam sebuah pernyataan

Sumber: Reuters/StraitTimes

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved