Kamis, 9 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Perundingan Hamas-Israel soal Perang Gaza Dilanjut, Putaran Pertama Berakhir dalam 'Suasana Positif'

Kedua belah pihak telah mengisyaratkan dukungan terhadap rencana perdamaian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Penulis: Nuryanti
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
SOLIDARITY GAZA - Peserta aksi mengikuti long march Solidarity March with Global March to Gaza di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (15/6/2025). Putaran pertama perundingan Gaza antara Hamas dan mediator telah berakhir di Mesir. 

TRIBUNNEWS.COM - Israel dan Hamas memulai perundingan tidak langsung untuk mengakhiri perang di Gaza pada Senin (6/10/2025).

Kedua belah pihak telah mengisyaratkan dukungan terhadap rencana perdamaian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Perundingan digelar di resor Laut Merah Mesir, Sharm el-Sheikh, yang dimediasi oleh AS dan bertujuan untuk menyelesaikan detail tahap pertama rencana tersebut.

Rencana tersebut mencakup gencatan senjata untuk memungkinkan pembebasan semua sandera yang masih ditahan Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di Israel.

Putaran pertama perundingan Gaza antara Hamas dan mediator telah berakhir di Mesir "di tengah suasana positif", lapor media yang terkait dengan Pemerintah Mesir, Selasa (7/10/2025).

Al-Qahera News, yang terkait dengan intelijen negara, melaporkan pembicaraan akan berlanjut pada Selasa, juga antara Hamas dan mediator di kota resor Sharm El-Sheikh, tempat delegasi Israel tiba pada Senin.

Al-Qahera News sebelumnya mengatakan, delegasi "sedang membahas persiapan kondisi lapangan untuk pembebasan tahanan dan narapidana".

"Mediator Mesir dan Qatar bekerja sama dengan kedua belah pihak untuk membangun mekanisme pembebasan sandera yang ditawan di Gaza dengan imbalan warga Palestina yang ditawan di penjara Israel," lapornya, Selasa.

Pernyataan Trump

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia "cukup yakin" kesepakatan damai Gaza mungkin terjadi.

Trump juga mengatakan Hamas menyetujui isu-isu "sangat penting" saat perundingan dengan Israel dimulai.

"Saya punya batasan merah, jika hal-hal tertentu tidak terpenuhi, kami tidak akan melakukannya," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval ketika ditanya apakah ia punya prasyarat, termasuk persetujuan Hamas untuk melucuti senjata, Senin, dikutip dari Al Arabiya.

Baca juga: Putin Telepon Netanyahu, Bicara soal Rencana Trump di Gaza dan Nuklir Iran

“Namun saya rasa kami melakukannya dengan sangat baik dan saya rasa Hamas telah menyetujui hal-hal yang sangat penting," katanya.

Trump mengatakan dia optimistis mengenai peluang tercapainya kesepakatan saat delegasi dari Hamas dan Israel memulai pembicaraan tidak langsung di Mesir untuk mengakhiri perang berdasarkan rencana 20 poinnya.

"Saya rasa kita akan mencapai kesepakatan. Sulit bagi saya untuk mengatakannya karena selama bertahun-tahun mereka telah berusaha mencapai kesepakatan," kata Trump.

"Kita akan mencapai kesepakatan untuk Gaza, saya cukup yakin, ya," tegas dia.

Hal-hal Penting dari Rencana Trump

Diberitakan AP News, berdasarkan kesepakatan tersebut, Hamas akan membebaskan semua sandera yang ditahannya, baik yang hidup maupun yang mati, dalam waktu 72 jam.

Para militan masih memiliki 48 sandera. Israel yakin sekitar 20 di antaranya masih hidup.

Di sisi lain, Israel akan membebaskan 250 warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup di penjara-penjaranya dan 1.700 orang yang ditahan dari Gaza sejak perang dimulai, termasuk perempuan dan anak-anak.

Israel juga akan menyerahkan jenazah 15 warga Palestina untuk setiap jenazah seorang sandera yang diserahkan.

Pasukan Israel akan ditarik dari Gaza setelah Hamas melucuti senjatanya, dan pasukan keamanan internasional akan dikerahkan.

Wilayah tersebut akan berada di bawah pemerintahan internasional, dengan Trump dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang mengawasinya.

Pemerintahan sementara yang terdiri dari para teknokrat Palestina akan menjalankan urusan sehari-hari.

Hamas tidak akan terlibat dalam pengelolaan Gaza, dan semua infrastruktur militernya, termasuk terowongan, akan dibongkar.

Anggota yang berjanji untuk hidup damai akan diberikan amnesti. Mereka yang ingin meninggalkan Gaza pun bisa.

Warga Palestina tidak akan diusir dari Gaza.

Baca juga: HNW Apresiasi Kolaborasi Diplomatik Menlu RI dan Negara Arab-Islam untuk Akhiri Konflik Gaza

KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel.
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. (RNTV/Tangkap Layar)

Bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar akan diizinkan dan akan dikelola oleh "badan internasional yang netral", termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bulan Sabit Merah.

Seorang pejabat senior, Mousa Abu Marzouk, mengatakan bahwa Hamas bersedia menyerahkan persenjataannya kepada badan Palestina di masa depan yang akan mengelola Gaza, tetapi hal itu tidak disebutkan dalam pernyataan resmi kelompok tersebut yang menanggapi rencana Trump.

Pejabat lainnya, Osama Hamdan, mengatakan kepada televisi Al Araby bahwa Hamas akan menolak administrasi asing di Jalur Gaza dan bahwa masuknya pasukan asing "tidak dapat diterima".

Beberapa bagian dari rencana tersebut masih belum jelas.

Hamas ingin Israel meninggalkan Gaza sepenuhnya, tetapi rencana tersebut menyatakan bahwa Israel akan mempertahankan "kehadiran perimeter keamanan", yang bisa berarti Israel akan mempertahankan zona penyangga di dalam wilayah tersebut.

Selain itu, masa depan Gaza masih dipertanyakan.

Rencana tersebut menyatakan bahwa jika Otoritas Palestina, yang mengelola Tepi Barat yang diduduki, melakukan reformasi yang memadai dan pembangunan kembali Gaza berjalan lancar, "kondisi akhirnya mungkin akan terwujud untuk jalur yang kredibel menuju penentuan nasib sendiri dan kenegaraan Palestina."

Adapun perang di Gaza telah berlangsung selama dua tahun pada Selasa (7/10/2025).

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan dan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, serta menculik 251 orang.

Kemudian, serangan Israel di Gaza telah menewaskan 67.160 warga Palestina dan melukai sekitar 170.000 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved